Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Perindustrian

Kemenperin Tepis Anggapan Deindustrialisasi

Foto : Istimewa

Ngakan Timur Antara

A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menampik tudingan miring bahwa Indonesia tengah mengalami deindustrialisasi. Pasalnya, investasi asing maupun investasi dari dalam negeri terus tumbuh yang juga diikuti oleh penyerapan tenaga kerja.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Ngakan Timur Antara mengakui, selama lebih dari sepuluh tahun terakhir, kontribusi industri terhadap produk domestik bruto (PDB) turun. Namun, penurunan itu tidak lantas disebut sebagai deindustrialisasi karena beberapa sektor lain tumbuh.

RI bahkan berhasil membangun siklus ekonomi sehat sehingga menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia dengan peringkat PDB terbesar ke-16 pada 2016. Tak hanya itu, pertumbuhan tenaga kerja RI cukup pesat hingga mencapai 30 juta tenaga kerja dalam 15 tahun terakhir dengan penumbuhan upah dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir.

"Investasi kita tumbuh karena ditunjang stabilitas politik. Karena itu jangan lagi menyebutkan deindustrialisasi karena dampaknya besar. Investor bakal tidak lagi berminat untuk berinvestasi di RI, mereka lebih memilih berinvestasi di negara lain karena tak percaya dengan ekonomi kita," tegas Ngakan dalam workshop bertajuk Pendalaman Kebijakan Industri di Yogyakarta, Kamis (30/8).

Ngakan menyebutkan pemerintah ke depan fokus menerapkan peta jalan Making Indonesia 4.0 sehingga perlu didukung iklim usaha kondusif. Iklim usaha kondusif membuat investor ingin masuk.

Semua pihak diminta bergerak bersama karena Making Indonesia 4.0 juga merupakan agenda nasional. Dua hal yang mendukung pengembangan industri di era digital, yaitu pasar besar dan jumlah sumber daya manusia produktif karena bonus demografi.

Implementasi Making Indonesia 4.0 akan mampu mendorong pertumbuhan PDB riil 1-2 persen per tahun, sehingga pertumbuhan PDB per tahun akan naik dari baseline sebesar lima persen menjadi 6-7 persen selama 2018-2030.

Guna mencapai sasara yang telah ditetapkan tersebut, pada tahap awal implementasi Making Indonesia 4.0, terdapat lima sektor industri yang diprioritaskan pengembangannya untuk menjadi pionir, yakni industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, serta elektronika.

Tingkatkan Kapasitas

Direktur Industri Kimia Hulu Kemenperin Muhamad Khayam menambahkan industri kimia RI masih memilki banyak masalah. Hal itu seperti masih terbatasanya kapasitas produksi kimia dasar, masih tingginya impor bahan baku serta masih terbatasnya rekayasa reseach and development.

"Persoalan-persoalan itulah yang akan dibenahi dalam implementasi making 4.0 yakni meningkatkan kapasitas domestik petrokimia dan mengurangi ketergantungan pada impor," tutup Khayam.

ers/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top