Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Mahasiswa Kedokteran

Kemendikbudristek Tunggu Penjelasan Kemenkes soal PPDS Picu Depresi

Foto : Koran Jakarta/M.Ma'ruf

Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbudristek, Sri Suning Kusumawardani.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan skrining terhadap 12 ribu dokter yang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Hasilnya, program PPDS itu memicu depresi di kalangan mahasiswa PPDS.

Salah satu penyebab yaitu beban kerja dalam program tersebut. Adapun Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menunggu penjelasan dari Kemenkes.

"Kita sedang ingin mendengar langsung dari Kemenkes mengenai hasil tersebut," jelas Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbudristek, Sri Suning Kusumawardani, usai acara Halal Bihalal, di Jakarta, Rabu (17/4).

Sri menuturkan, pihaknya berencana untuk berkoordinasi dengan Fakultas Kedokteran terkait hal tersebut. Hal itu diperlukan untuk mendapatkan informasi yang jelas mengenai hal tersebut.

Dia menambahkan, pihaknya juga ingin mendalami terkait biaya pendidikan. Meski begitu kajian terkait biaya pendidikan sebelumnya telah dilakukan dengan matang agar tak membebani.

"Itu kan sudah berupa kajian-kajian yang sudah dilakukan oleh semua pihak. Jadi semua sudah tahu mengenai hal tersebut. Jadi kita masih berencana untuk mendapatkan informasi yang clear dari Kemenkes mengenai berita tersebut," tuturnya.

Sri menyebut akan mengumpulkan dekan fakultas kedokteran. Agar dapat menuntaskan permasalahan yang ada. "Tentu nanti ada follow up-follow up yang lain," katanya.

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Tjandra Yoga Aditama, menilai, skrining Kemenkes tersebut butuh pembanding. Menurutnya, depresi pada PPDS di luar negeri angkanya rata-ratanya 28.8 persen atau lebih sedikit dari data Kemenkes yang menunjukkan bahwa 22.4 persen peserta PPDS Indonesia mengalami gejala depresi.

"Akan baik kalau ada pembanding. Maksudnya metode yang sama dilakukan juga pada para peserta pendidikan yang lain. Kalau ada pembanding maka kita tahu apakah tingginya angka depresi memang hanya pada peserta program pendidikan dokter spesialis atau memang dunia pendidikan pada umumnya," terangnya.ruf/S-2


Redaktur : Sriyono
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top