Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kematian Konglemerat Wang Jian Meninggalkan Masalah

Foto : AFP/ER IC PIER MONT

Wang Jian

A   A   A   Pengaturan Font

Perusahaan konglomerasi asal Tiongkok, HNA Group, sepaanjang pekan ini jadi sorotan setelah ketuanya tewas dalam sebuah insiden terjatuh dari ketinggian pada Selasa (3/7) lalu.

"Wang Jian, 57 tahun, tewas akibat luka-luka setelah terjatuh dari ketinggian 50 kaki saat ia hendak melakukan swafoto (selfie). Insiden yang menimpa Wang terjadi di Desa Bonnieux di wilayah Provence, Prancis selatan," lapor pejabat polisi pada kantor berita South China Morning Post.

Wang adalah pemegang 15 persen saham di HNA. Ia adalah salah satu orang terkaya di Tiongkok dan jadi motor penggerak sejumlah akuisisi global sebelum kelompok perusahaannya mengalami kesulitan keuangan.

Kematiannya yang mendadak menimbulkan masalah terhadap siapa yang akan memegang tampuk kekuasaan di perusahaan konglomerasi yang bergerak dibidang aviasi hingga layanan keuangan itu, apalagi saat ini tengah dirundung tumpukan utang.

HNA Group dibentuk pada 1993. Saat itu perusahaan itu bergerak di bidang operator maskapai penerbangan. Kemudian HNA mengalami masa kejayaannya saat perusahaan asal Tiongkok itu melakukan akuisisi-akuisisi perusahaan asing.

Pada periode 2015 hingga awal 2017, HNA Group telah mengeluarkan dana lebih dari 50 miliar dollar AS untuk membeli aset-aset kelas atas seperti perusahaan distributor elektronik Amerika Serikat, Ingram Micro, dan jaringan Carlson Hotels yang bermarkas di Minneapolis yang dubah namanya jadi Radisson Hotel Group. Tak hanya itu, HNA Group juga membeli mayoritas saham di Hilton Worldwide, Deutsche Bank, dan Virgin Australia Airlines.

Walau HNA terus menangguk keuntungan dari ekspansi bisnis internasionalnya, namun banyak pebisnis khawatir atas struktur kepemilikan serta koneksi pemilik dengan Partai Komunis Tiongkok.

Guo Wengui, taipan buronan yang kini bermukim di New York, tahun lalu menuding HNA telah menyuap pejabat tinggi Tiongkok lewat pengakuannya yang direkan di media YouTube dan Twitter. Atas tudingan itu, HNA membantahnya dan menuntut Guo atas pencemaran nama baik.

Untuk mengusir kekhawatiran atas siapa pemiliknya, HNA pada Juli 2017 mentransfer 29,5 persen sahamnya dari dua pemetgang saham misterius ke Hainan Cihang Charity Foundation yang memiliki markas baru di Manhattan. HNA mengatakan bahwa Hainan Cihang dan sebuah yayasan HNA di Tiongkok, sama-sama memegang saham atas perusahaan HNA Group sebanyak 52 persen.

HNA lalu menunjuk mantan wakil Kanselir Jerman, Philipp Rosler sebagai CEO Hainan Cihang Charity Foundation. Rosler dikenal berkat dukungannya terhadap upaya-upaya kemanusiaan terutama dalam menyelamatkan yatim piatu dan para pengungsi.

Tak hanya itu karena HNA Group telah mendonasikan 30 juta dollar AS untuk masa lima tahun kedepan bagi program beasiswa di Harvard University, Massachusetts Institute of Technology, Calvary Hospital di New York.

Perangkap Utang

Walau dikenal amat penuh kepedulian terhadap kemanusiaan, HNA Group tak luput dari bayang-bayang utang. Sepanjang 2018, HNA Group jadi sasaran pemerintah Tiongkok yang mengatur skema peminjaman dan akuisisi asing yang bisa menimbulkan kerawanan atas sistem perekonomian Tiongkok secara secara keseluruhan.

Salah satu korban perusahaan yang diambil alih pemerintah akibat skema utang yang tak terkontrol yaitu Anbang, sebuah perusahaan konglomerasi serupa dengan HNA. Pemimpin Anbang juga dijebloskan ke penjara.

Akibat tekanan pemerintah, HNA berupaya mengendalikan utangnya dengan cara mencairkan aset-asetnya.

Kabar terakhir terkait siapa yang akan mengetuai HNA Group akhirnya pada Jumat (6/7) terkuak. Salah satu pendiri HNA bernama Chen Feng, didaulat untuk memimpin perusahaan konglomerasi Tiongkok itu.

AFP/InkStoneNews/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top