Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kemampuan Militer Tiongkok Cukup untuk Memenangkan Perang dengan AS

Foto : Istimewa

Tiongkok adalah negara dengan ekspansi militer tercepat tercepat dalam sejarah umat manusia, dan kampanye serangan non-militer menunjukkan bahwa Beijing sebenarnya sudah berperang dengan Amerika.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Departemen Pertahanan Amerika Serikat baru-baru ini menerbitkan laporan tahunannya "Perkembangan Militer dan Keamanan yang Melibatkan Tiongkok"

Dilansir oleh Asia Time, laporan "Kekuatan Tiongkok" ini memberikan penjelasan rinci tentang militer Republik Rakyat Tiongkok serta kemampuan dan kemungkinan tujuannya. Bagian mengenai ekspansi senjata nuklir Tiongkok yang pesat menimbulkan kegemparan, terutama karena hal ini mengejutkan banyak pengamat.


Namun apakah benar ada peningkatan militer Tiongkok?

Para analis Amerika kini sebagian besar sepakat bahwa ada perluasan persenjataan nuklir Tiongkok yang pesat. Hal ini mencerminkan pertumbuhan kemampuan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) yang lebih luas dan cepat selama 20 tahun terakhir.

Pertumbuhan tersebut dianggap sebagai peningkatan militer terbesar dan tercepat yang pernah terjadi di negara mana pun sejak Perang Dunia II, mungkin yang tercepat dalam sejarah umat manusia.

Selama bertahun-tahun, konsensus para ahli mengenai persediaan hulu ledak nuklir Tiongkok adalah jumlahnya sekitar 300 atau bahkan lebih sedikit. Kemudian, pada tahun 2021, perkiraan tersebut berubah, secara tiba-tiba menjadi lebih dari 400. Dan sekarang diperkirakan terdapat 500 hulu ledak, dan jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2030.

"Yang lebih penting lagi, RRT sedang mengembangkan sistem pengiriman senjata nuklirnya yang semakin efektif dan akurat," kata Pentagon.

Perlu dicatat bahwa "konsensus para ahli" biasanya meremehkan tingkat perkembangan berbagai kemampuan militer Tiongkok. Faktanya, para ahli secara kolektif sering kali melewatkan satu atau dua dekade.

Ambil contoh kapal induk Angkatan Laut PLA. Pemikirannya adalah bahwa Tiongkok memerlukan waktu puluhan tahun untuk mulai menguasai operasi kapal induk.

Memang benar, kurangnya kepedulian - jika bukan sikap merendahkan di pihak AS membuat komandan PACOM (Komando Pasifik Amerika Serikat) saat itu, Laksamana Timothy Keating, menyatakan pada 2009 bahwa ia melihat tidak ada yang salah dengan Angkatan Laut PLA yang memiliki kapal induk. Dan dia akan melakukan apa yang dia bisa untuk membantu, jika diminta.

Nah, sekarang Beijing telah memiliki tiga kapal dan dengan cepat menemukan cara menggunakannya.

Namun seberapa seriuskah ancaman nuklir Tiongkok dalam hal peperangan dan meraih kemenangan?

Ini sangat serius. Tiongkok akan memiliki persenjataan nuklir yang sangat besar, jika Tiongkok belum memilikinya. Dan ini bukan hanya soal angka. Ini adalah pertanyaan tentang "kemauan" dan apakah musuh Anda (kebanyakan orang Amerika) berpikir bahwa Anda mungkin saja menggunakan nuklir Anda.

"Pihak yang lebih kejam mempunyai keuntungan. Saya memperkirakan Tiongkok akan menggunakan senjata nuklirnya untuk mengintimidasi Amerika Serikat dan mitra serta sekutunya," kata Grant Newsham, pensiunan perwira Marinir AS dan mantan diplomat AS.

Penulis buku When China Attacks: A Warning To America ini yakin bahwa Beijing akan menggunakan senjata pemusnah massal tersebut.

"Jangan lupa bahwa mitra "tanpa batas" Tiongkok, Rusia, memiliki kekuatan nuklir yang sangat besar. Dan mereka mungkin saja menyelaraskannya dengan Tiongkok, setidaknya untuk tujuan pemaksaan. Senjata nuklir Korea Utara, dan akhirnya senjata nuklir Iran juga dianggap sebagai bagian dari perangkat nuklir RRT," ungkapnya.

"Negara-negara ini bukanlah sekutu yang sempurna, namun kepentingan strategis mereka versus dunia bebas selaras," tuturnya.

Namun, lanjut dia, karena laporan Pentagon mencatat bahwa tujuan PKT adalah memiliki militer 'kelas dunia' pada tahun 2049, AS masih kita punya waktu.

Pada tahun 2049 PLA sudah menjadi militer yang mampu mengejar dan melampaui militer AS di bidang tertentu. Misalnya, negara ini memiliki angkatan laut yang lebih besar, kapasitas pembuatan kapal yang jauh lebih besar, dan kekuatan rudal yang lebih mumpuni. Itu termasuk rudal hipersonik.

"Dan ingatlah bahwa militer hanya perlu melakukan hal tertentu pada waktu dan tempat tertentu. Memang benar, jika Tiongkok memilih waktu dan tempat yang tepat, hal ini bisa membuat Amerika akan tersingkir, atau bahkan bisa mengalahkan mereka. Hal ini khususnya terjadi di Laut Tiongkok Selatan di mana PLA memperoleh kendali "de facto" setidaknya lima atau enam tahun yang lalu," ujarnya. .

Proyeksi kekuatan militer Tiongkok untuk perang langsung akan menurun dengan cepat begitu negara tersebut berada, katakanlah, 1.000 mil dari perbatasan Tiongkok. Namun Beijing bertujuan untuk memperbaiki kekurangan ini, serta membangun infrastruktur pelabuhan dan lapangan terbang global yang dapat mereka akses, dan dapat beroperasi secara global, seperti halnya militer AS.

"Tunggu saja lima atau sepuluh tahun dan lihat sejauh mana kemajuan mereka. Mungkin jauh lebih jauh dari yang dibayangkan oleh pakar Tiongkok," katanya.

Menurut Newsham, ini bukan sekadar perang tembak-menembak. Namun ketika berbicara tentang perang di masa depan, Tiongkok berpendapat bahwa mereka sudah berperang dengan Amerika Serikat.

Memang benar, RRT telah menyerang AS dalam bidang ekonomi, keuangan, biologi (misalnya Covid), kimia (misalnya fentanil), dunia maya, politik, psikologis, dan media/propaganda selama beberapa dekade.

"Perang "kinetik" akan terjadi pada waktunya, jika memang diperlukan. Elit dan kelas politik AS pada umumnya menolak untuk mengakui apa yang sedang dilakukan Tiongkok dan apa yang akan mereka lakukan terhadap kita. Tiongkok bertujuan untuk mengalahkan kita dan mendominasi kita".

Yang lebih menjengkelkan menurutnya, lagi adalah Wall Street dan kelas bisnis AS telah mendanai pembangunan di Tiongkok. Mereka telah menekan pemerintahan berturut-turut, dan politisi AS, untuk tidak memberikan tanggapan, dengan alasan bahwa kita tidak boleh melakukan apa pun yang tidak disukai oleh masyarakat Tiongkok dan hal tersebut dapat mengancam sumber daya mereka sendiri.

"Kita sedang berperang dan mungkin saja kita kalah," pungkas dia.


Redaktur : Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top