Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Keluarga Malaysia yang Terpisah Ramai-ramai Gelar Reuni di Perbatasan Negara Bagian

Foto : Twitter

Pertemuan Singkat Amir Affendi (tengah) saat bertemu dengan saudara-saudara kandungnya di perbatasan Tanjung Malim-Ulu Bernam, Malaysia, pada 3 Mei lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

Wilayah perbatasan antar negara bagian di Malaysia saat ini ramai dikunjungi warga di Negeri Jiran sebagai lokasi reuni keluarga, terutama bagi tempat bertemunya antara anak dan orang tuanya setelah mereka berpisah selama beberapa bulan sebagai akibat larangan perjalan antar negara bagian karena aturan pembatasan Covid-19.

Banyak diantara mereka menyatakan reuni keluarga yang walau terjadi sekejap, jauh lebih baik daripada tidak bisa bertemu sama sekali, dan pengalaman berharga itu mereka abadikan di banyak platform media sosial.

Salah satu pengguna media sosial yang menuturkan pengalamannya saat reuni dengan keluarga di perbatasan negara bagian Malaysia adalah Nur Nadiatul Farisya Muhammad Mahiri. Saat ini Nur, 20 tahun, sedang melakukan pelatihan di Kangar, Perlis. Nur baru bisa betremu dengan kedua orang tuanya pada pertengahan April lalu di perbatasan Kedah-Perlis, dimana banyak polisi menutup jalan perlintasan antar negara bagian itu.

"Saya amat kangen dengan kedua orangtuaku. Saya tak bisa pulang ke Kedah dan orangtuaku tak bisa berkunjung ke Perlis. Akhirnya kami memutuskan untuk bertemu di perbatasan," posting Nur di platform media sosial TikTok.

Nur terakhir kali pulang ke tempat kelahirannya di Alor Setar, Kedah, Desember lalu, sebelum ada aturan pembatasan sosial dan larangan perjalanan antar negara bagian diterapkan.

"Saya sudah mengajukan permohonan dari pihak kepolisian untuk melintasi perbatasan, begitu juga orang tuaku, namun permohonan kami semuanya ditolak," tutur Nur. "Otoritas di Malaysia telah memperketat aturan perjalanan lintas perbatasan negara bagian seperti di

Kedah dan Perlis. Hanya kasus perjalanan darurat saja yang diizinkan (melintas)," ungkap Nur pada mStar, portal The Star berbahasa Melayu.

Dalam penuturannya, Nur mengatakan sebelumnya ia bisa pulang ke kota kelahirannya setiap akhir pekan dan kali ini merupakan untuk pertama kalinya ia melewatkan bulan Ramadan jauh dari keluarganya.

"Saya tidak bisa menahan kerinduanku pada orang tuaku lebih lama lagi setelah menghabiskan beberapa hari di bulan Ramadan jauh dari mereka. Biasanya, ketika aku kembali ke kota asal, ibuku akan memasak hidangan favoritku, yaitu sambal cumi dan kepiting yang dibumbui," kata dia.

Dalam pertemuan di perbatasan ini, Nur telah meminta ibundanya untuk memasak makanan kesukaannya agar bisa dijadikan bekal pulang usai ia bertemu di perbatasan Kedah-Perlis.

"Reuni selama setengah jam amat berarti bagiku. Bukan saja aku dan ibuku yang menangis, tapi ayahandaku pun turut meneteskan air mata. Mereka pun meminta saya untuk bersabar," tutur Nur.

"Saya masih berharap akan ada keringanan yang akan memungkinkan kami melintasi perbatasan negara sehingga saya bisa melihat mereka, tapi saya masih bersyukur akhirnya bisa bertemu dengan mereka dan memuaskan rasa kangen saya akan masakan ibu saya," imbuh dia.

Kisah Lainnya

Pengalaman serupa pun dituturkan oleh Amir Affendi yang membagikan rekaman video di media sosial Twitter pada 3 Mei lalu saat ia berjumpa dengan saudara kandungnya di perbatasan Tanjung Malim-Ulu Bernam.

Dalam rekaman video yang diunggahnya dengan latar belakang sebuah lagu Hari raya, terlihat kakak laki-lakinya sedang memeluk Amir dan memberinya kue bolu kesenangan Amir.

"Sungai telah memisahkan keluarga kami hingga kami bisa bertemu hanya 5 menit saja di jembatan Tanjung Malim. Salam rindu untuk semua keluargaku," tutur Amir.

Pengguna Twitter bernama Yusraqila juga telah membagikan foto-foto pertemuan dengan bibi-bibinya di perbatasan Kelantan-Terengganu pada 1 Mei lalu. "Karena kami tak bisa menyeberangi perbatasan, bibi-bibi aku merencanakan pertemuan dekat perbatasan hanya agar bisa saling bertatap muka saja. Saya terharu melihat foto-foto ini dan saya amat kangen dengan mereka," ungkap Yusraqila.

Pengalaman berbeda dibagikan Nurul Izzah Ramli. Jelang persiapan merayakan Idul Fitri ini, ia justru membuatnya bertemu dengan penjahitnya di perbatasan Kelantan-Terengganu.

Dalam video TikTok, perempuan berusia 23 tahun itu terlihat menerima pakaian yang akan ia dikenakan saat Lebaran yang dibuat khusus di perbatasan, dipisahkan oleh barikade dan kawat berduri.

"Saya biasanya tidak memesan pakaian yang dibuat khusus untuk Lebaran. Tetapi tahun ini, saya memutuskan untuk menjahit pakaian karena saya telah menerima beberapa kain batik dari paman saya. Saya ingin mengirimkan bahan batik itu ke bibi saya, yang tinggal di dekat rumah saya, tapi katanya dia sudah menerima banyak pesanan menjahit. Penjahit lain di Terengganu juga sudah penuh," kata Nurul.

Teringat bahwa ibu dari temannya adalah seorang penjahit, Nurul mencoba peruntungannya dan bertanya pada temannya itu apakah ibunya masih menerima pesanan jahitan.

"Teman saya bilang ibunya memang masih menerima pesanan, makanya saya putuskan untuk mengirimkannya ke dia," katanya seraya menambahkan bahwa rumah temannya itu dekat perbatasan Pachakan-Besut, yang ditutup karena perintah pembatasan sosial Covid-19. TheStar/ST/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top