Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Suksesi Kepemimpinan

Kekosongan Wagub DKI Rugikan Publik

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA-Polemik pengganti Wakil Gubernur DKI Jakarta hingga kini belum usai. Kedua kubu, Gerindra dan PKS, masih tidak sepakat menyorongkan siapa yang pantas menjadi orang kedua di DKI Jakarta. Padahal, banyak masalah dan persoalan di DKI Jakarta yang harus cepat diselesaikan.

"Dengan belum adanya Wagub, dapat dipastikan, pengelolaan pemerintahan di DKI Jakarta pincang sebelah. Ini merugikan publik. Perhatian pejabat daerah, khususnya eksekutif dan legislatif jadinya kursi Wagub. Padahal banyak persoalan yang belum beres di Jakarta," ujar politisi Partai Solidaritas Indonesia, Andi Anggana, di Jakarta, Rabu (26/9)

Dia menganggap, lamanya pencarian calon pengganti Wagub DKI dapat mengorbankan kepentingan warga. Kebijakan yang seharusnya cepat ditangani, kata Andi, menjadi terhambat karena fokus pejabat legislatif dan eksekutif terpecah.

Juru bicara PSI DKI Jakarta ini juga mengomentari adanya nama dari salah satu partai yang menyorongkan mantan napi korupsi untuk Wagub DKI. Menurutnya, sangat bertolak belakang, di saat semua pihak menginginkan legislatif dan eksekutif bersih, tapi ada partai yang mendorong mantan napi korupsi untuk jadi pejabat publik.

"Logika pemberantasan korupsinya dimana? Kita semua berjuang anti korupsi, lah ini, sudah pernah ketahuan dan dihukum, kok ya diperjuangin jadi Wagub. Kapan Indonesia bersih dari korupsi dong?" katanya.

Meski secara UU, mantan napi korupsi yang tidak dijerat 5 tahun atau lebih, boleh mencalonkan diri sebagai pejabat publik. Namun secara etis dan ghirah anti korupsi, kata Caleg DPRD DKI Jakarta ini, mendorong napi bekas koruptor menodai semangat anti korupsi di Indonesia. "Moralitas publik seperti terinjak-injak. Masih banyak putra putri terbaik bangsa. Masa kita memilih pejabat publik yang bekas menjahati publik sendiri, logikanya dimana?" imbuhnya.

Alumnus FISIP UIN Jakarta ini mendesak agar DPRD DKI Jakarta dan pihak lainnya menolak mantan napi korupsi diangkat jadi Wagub DKI Jakarta. "Ini bukan like dan dislike. Ini murni ingin menjaga marwah pejabat eksekutif di Ibukota Indonesia ini bersih dari hal yang berbau korupsi," katanya.

Menurutnya, persoalan ini harus menjadi perhatian publik luas dengan intensitas tinggi agar ke depan para pejabat publik di seluruh Indonesia bersih sedari awal hingga akhir masa jabatannya.

Terpisah, politisi PAN, Abraham Lulung Lunggana meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ikut menyoroti pemilihan kandidat Wagub DKI Jakarta. Dia menduga, saling mengototnya kedua partai pengusung yakni Gerindra dan PKS bisa menimbulkan dugaan konspirasi pragmatis.

Menurutnya, Gubernur DKI Jakarta telah terlalu lama ditinggalkan membangun Jakarta sendirian, tanpa ada pendamping atau Wakil Gubernur. Dia berharap, koleganya di DPRD DKI Jakarta segera menggelar rapat paripurna untuk menentukan pengganti Sandiaga Uno sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.

"Jadi kalau memang sudah ada kesepakatan dari partai pengusung entah itu satu orang, entah itu dua orang. Sudahlah. Jalankan paripurna dengan baik," ucapnya.

pin/P-5


Redaktur : M Husen Hamidy
Penulis : Peri Irawan

Komentar

Komentar
()

Top