Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Dampak Kemarau

Kekeringan di Wilayah Banyumas Meluas

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

PURWOKERTO - Bencana kekeringan di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, meluas meskipun belum memasuki puncak musim kemarau. Hingga saat ini, kekeringan sudah melanda Kelurahan Sumpiuh dan Kradenan serta Desa Nusadadi di Kecamatan Sumpiuh.

"Kami telah menyalurkan bantuan air bersih untuk warga di tiga wilayah tersebut. Bahkan, Puskesmas II Sumpiuh juga mengajukan bantuan air bersih untuk memenuhi kebutuhan di tempat itu," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas, Prasetyo Budi Widodo, di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu (11/7).

Prasetyo mengatakan pihaknya juga sudah menyalurkan bantuan air bersih untuk memenuhi kebutuhan Puskesmas II Sumpiuh. BPBD Banyumas masih menunggu laporan hasil pemantauan tim di lapangan terkait dengan perkembangan dampak musim kemarau.

Berdasarkan data BPBD, di Kabupaten Banyumas terdapat 55 desa yang rawan kekeringan dan krisis air bersih pada musim kemarau. Sementara itu, berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim kemarau tahun ini berlangsung normal sehingga hujan masih berpotensi terjadi meskipun tidak lebat.

Kendati demikian, pihaknya telah menyiapkan bantuan air bersih sebanyak 1.000 tangki untuk masyarakat yang membutuhkan. "Kami berharap pemerintah desa membuat surat permohonan bantuan air bersih sebagai dasar bagi kami untuk menyalurkan bantuan tersebut," katanya.

Paling Riskan

Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Banyumas, Sugiyatno, mengingatkan petani gurami di Kabupaten Banyumas diimbau untuk mewaspadai dampak musim kemarau berupa suhu air yang dingin dan sirkulasi air yang tidak lancar. "Yang paling riskan itu gurami. Kalau ikan-ikan yang lain masih tahan, belum ada kasus," katanya.

Sugiyatno mengakui, budi daya gurami di Kabupaten Banyumas sempat terganggu oleh serangan bakteri aeromonas sehingga banyak indukan gurami yang mati. Bahkan berdasarkan data Dinas Perikanan dan Peternakan Banyumas, jumlah indukan gurami yang mati mencapai kisaran 50.000 ekor. Sekarang sudah berkurang. Kalaupun masih ada, itu hanya sisa-sisa saja.

Jika kematian puluhan ribu indukan gurami itu sebenarnya tidak semata-mata disebabkan oleh bakteri aeromonas. Dalam hal ini, kata Sugiyatno, penyebab utamanya adalah virus yang ditumpangi faktor sekunder berupa bakteri aeromonas.

Oleh karena itu, Sugiyatno mengimbau petani mengurangi penggunaan pelet atau pakan olahan sebagai pakan ikan pada musim kemarau. "Petani sudah banyak yang tahu sehingga mereka akan memperbanyak pakan hijauan saat musim kemarau. Itu karena sisa-sisa pelet yang mengendap di kolam akan menjadi racun, padahal sirkulasi airnya saat kemarau tidak lancar," katanya.

SM/Ant/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top