Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 29 Okt 2024, 06:10 WIB

Kekaisaran Gupta, Zaman Keemasan India

Foto: Istimewa

India pernah mencapai masa keemasan dalam bidang seni, arsitektur, sains, agama, dan filsafat, yang mendorong terjadinya periode kemakmuran dan pertumbuhan secara keseluruhan, yang berlanjut selama dua setengah abad berikutnya.

Kekaisaran Gupta membentang di wilayah utara, tengah, dan sebagian wilayah selatan India antara tahun 320 dan 550 M. Periode ini terkenal akan pencapaiannya dalam bidang seni, arsitektur, sains, agama, dan filsafat.

Perluasan Kekaisaran Gupta secara pesat terjadi pada masa pemerintahan Chandragupta I yang hidup 320-335 M. Ia memulai ekspansi atas Kekaisaran Gupta yang pesat segera setelah mengangkat dirinya sebagai penguasa berdaulat pertama kekaisaran tersebut.

Hal ini menandai berakhirnya 500 tahun dominasi kekuatan provinsi dan keresahan yang diakibatkannya yang dimulai dengan jatuhnya Maurya. Yang lebih penting lagi, hal ini memulai periode kemakmuran dan pertumbuhan secara keseluruhan yang berlanjut selama dua setengah abad berikutnya yang kemudian dikenal sebagai zaman Keemasan dalam sejarah India.

Laman World History menyebut, benih kekaisaran tersebut telah ditabur setidaknya dua generasi lebih awal dari ini ketika Srigupta berkuasa. Saat itu hanya seorang raja daerah, memulai hari-hari kejayaan dinasti yang perkasa ini pada sekitar tahun 240 M.

Sayangnya tidak banyak yang diketahui tentang hari-hari awal Dinasti Gupta ini. Catatan perjalanan dan tulisan para biksu Buddha yang sering mengunjungi bagian dunia ini merupakan sumber informasi paling terpercaya yang dimiliki tentang masa itu.

Catatan perjalanan Fa Hien (Faxian, sekitar tahun 337-422 M), Hiuen Tsang (Xuanzang, 602-664 M) dan Yijing (I Tsing, 635-713 M) terbukti sangat berharga dalam hal ini. Kekaisaran Gupta selama pemerintahan Srigupta (sekitar tahun 240-280 M) hanya meliputi Magadha dan mungkin sebagian Benggala juga.

Seperti kerajaan Maurya dan raja-raja Magadha lainnya yang mendahuluinya, Srigupta memerintah dari Pataliputra, dekat dengan Patna modern. Srigupta digantikan oleh putranya, Ghatotkacha (sekitar tahun 280-319 M).

Dari suku Kushan, raja-raja Gupta mempelajari manfaat dari mempertahankan pasukan berkuda dan Chandragupta I, putra Ghatotkacha, memanfaatkan pasukannya yang kuat secara efektif. Melalui pernikahannya dengan Putri Licchhavi Kumaradevi, Chandragupta I menerima kepemilikan tambang-tambang yang kaya dengan bijih besi yang berdekatan dengan kerajaannya.

Metalurgi sudah berada pada tahap maju dan besi tempa tidak hanya digunakan untuk memenuhi permintaan internal, tetapi juga menjadi komoditas perdagangan yang berharga. Kepala-kepala teritorial yang berkuasa di berbagai bagian India tidak dapat melawan angkatan bersenjata Chandragupta I yang lebih unggul dan harus menyerah di hadapannya.

Diperkirakan bahwa pada akhir pemerintahannya, batas wilayah Kekaisaran Gupta telah meluas hingga ke Allahabad.

Pemerintahan Chandragupta I diteruskan oleh putranya, Samudragupta (sekitar 335-375 M). Ia dikenal seorang jenius dalam bidang militer dan ia melanjutkan pertumbuhan kerajaan. Setelah menaklukkan sisa wilayah India utara, Samudragupta mengalihkan perhatiannya ke India selatan dan menambahkan sebagian wilayahnya ke dalam kekaisarannya pada akhir kampanyenya.

Secara umum diyakini bahwa selama masa pemerintahannya, Kekaisaran Gupta membentang dari Himalaya di utara hingga muara sungai Krishna dan Godavari di Selatan, dari Balkh, Afghanistan di barat hingga Sungai Brahmaputra di timur.

Murah Hati

Samudragupta sangat memperhatikan rajdharma (tugas seorang raja) dan sangat berhati-hati dalam mengikuti Arthashastra (risalah ekonomi, sosial, dan politik yang berisi instruksi jelas tentang bagaimana sebuah monarki harus diperintah) karya Kautilya (350-275 SM). Ia menyumbangkan sejumlah besar uang untuk berbagai tujuan filantropis, termasuk untuk meningkatkan pendidikan.

Selain menjadi raja yang berani dan administrator yang cakap, ia adalah seorang penyair dan musisi. Banyaknya koin emas yang diedarkannya menunjukkan bakatnya yang beragam. Sebuah prasasti, yang mungkin dipesan oleh raja-raja Gupta berikutnya, yang dikenal sebagai Pilar Allahabad yang menggambarkan kualitas kemanusiaannya.

Samudragupta juga percaya pada upaya meningkatkan niat baik di antara berbagai komunitas agama. Misalnya, ia memberi Meghavarna, raja Ceylon, izin dan dukungan untuk pembangunan sebuah biara di Bodh Gaya.

Perebutan kekuasaan yang singkat tampaknya terjadi setelah pemerintahan Samudragupta. Putra sulungnya Ramagupta menjadi raja Gupta berikutnya. Hal ini dicatat oleh penulis Sansekerta abad ke-7 Masehi, Banbhatta, dalam karya biografinya, Harshacharita. Apa yang terjadi selanjutnya merupakan bagian dari drama Devi Chandra Guptam karya penyair dan penulis naskah Sansekerta Visakh Dutta.

Menurut cerita, Ramagupta segera dikalahkan oleh raja Scythia dari Mathura. Namun, selain kerajaan itu sendiri, raja Skithia juga tertarik pada Ratu Dhruvadevi yang juga seorang sarjana terkenal. Untuk menjaga perdamaian, Ramagupta menyerahkan Dhruvadevi kepada lawannya.

Saat itulah adik Ramagupta, Chandragupta II, bersama beberapa ajudan dekatnya, pergi menemui musuh dengan menyamar. Ia menyelamatkan Dhruvadevi dan membunuh raja Skithia. Dhruvadevi secara terbuka mengutuk suaminya atas perilakunya. Akhirnya, Ramagupta dibunuh oleh Chandragupta II yang juga menikahi Dhruvadevi beberapa waktu kemudian. hay/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.