Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Keindahan Ruang-ruang Publik di Tulang Bawang Barat

Foto : istimewa

Monumen Megou Pak

A   A   A   Pengaturan Font

Tulang Bawang Barat tengah gencar membangun ruang-ruang publik dengan karakter kuat untuk menarik wisatawan. Sektor ini diharapkan memperkuat dapat memperkuat ekonomi daerah bukan hanya mengandalkan sektor pertanian saja.

Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba), Provinsi Lampung, saat ini tengah gencar mencipta ruang-ruang publik baru. Selain untuk menggerakkan pariwisata, upaya ini sekaligus untuk mengedukasi warga Tubaba tentang daerahnya.
Sebagai kabupaten yang relatif masih sangat muda dan daerah hasil pemekaran Kabupaten Tulang Bawang berupa ruang-ruang publik baru ini seperti tugu, Islamic center, dan taman agrowisata. Pembangunan ini untuk meningkatkan pariwisata di kabupaten yang berdiri pada 3 April 2009.
Dengan luas 1.201 kilometer persegi ini dihuni sekitar 300.000 jiwa dengan mayoritas adalah transmigran, sebagian besar penduduk Tubaba bekerja sebagai petani. Pemandangannya didominasi dengan hamparan perkebunan karet, singkong, dan sawit.
Untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), kabupaten dengan motto "Ragem Sai Mangi Wawai" ini kemudian mengembangakan sektor pariwisata. Sektor ini diharapkan turut memberikan kontribusi bagi daerah di samping pertanian.
"Daerah kami tidak memiliki PAD yang bersumber dari pajak perusahaan seperti daerah kabupaten lainya di Lampung, karena tidak ada perusahaan besar. Oleh karenanya pariwisata diharapkan dapat mengangkatnya dengan cara mencipta ruang-ruang publik baru sebagai destinasi wisata," kata Bupati Tubaba, Umar Ahmad, SP.
Pembangunan sektor pariwisata sejauh ini telah berbuah manis. Setiap akhir pekan beberapa destinasi di Tubaba dipadati para pengunjung dari berbagai daerah.
"Saya beserta keluarga sengaja berkunjung ke Tubaba untuk berliburan akhir pekan," kata Siska, pengunjung yang berasal Bandar Lampung.
Momen menurunnya penularan Covid-19 dimanfaatkan pemerintah Tubaba untuk menggerakkan sektor wisata. Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata, Mansyur YS, mengatakan, Kabupaten Tubaba memasuki PPKM level 3 sesuai instruksi Menteri dalam Negeri Nomor 14 tahun 2022.
"Artinya untuk destinasi wisata boleh melaksanakan aktivitas dengan melakukan 50 persen dari kapasitas wisata tersebut dengan syarat menerapkan protokol kesehatan (prokes) ketat," ujar dia.
Dengan PPKM level 3 Tubaba pelaksanaan kegiatan pada area publik seperti fasilitas umum, taman umum, tempat wisata umum, atau area publik lainnya telah diizinkan beroperasi 50 persen. Namun demikian pengunjung tetap menggunakan aplikasi Peduli Lindungi atau penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat yang pengaturannya, lebih lanjut diatur oleh pemerintah daerah.
"Yang lebih penting lagi memaksimalkan aplikasi Peduli Lindungi, sehingga dapat memutuskan mata rantai Covid-19 di Kabupaten Tulangbawang Barat," jelas Mansyur.

Akses Tol Sumatra
Pengembangan ruang-ruang publik dan destinasi wisata baru di Tubaba didukung dengan adanya jalan tol trans Sumatra yang melintasi kabupaten ini. Wisatawan dapat masuk atau keluar melalui Gerbang Tol Lambu Kibang atau Gerbang Tol Manggala yang berada di kabupaten tetangga yaitu Kabupaten Tulang Bawang.
Adanya dua gerabang tol ini membuat akses masuk keluar ke Tubaba dan semakin mudah serta mempercepat wisatawan dari luar daerah tiba di lokasi. Jika Menggunakan jalan biasanya perlu waktu 2-3 jam maka dengan melewati tol hanya 1-1,5 jam.
Umar mengatakan, kehadiran jalan tol sangat dirasakan oleh kabupaten tersebut. Wisatawan biasanya tertarik dengan untuk melihat keindahan Masjid Islamic Center. "Pengunjung wisata bukan hanya dari Bandar Lampung atau sekitarnya, tetapi dari Sumatra Selatan dan Jawa juga ikut berdatangan," ungkap dia.
Untuk menarik orang keluar tol tersebut, pemerintah daerah bekerja sama dengan PT Hutama Karya ruas Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung (Terpeka) dapat ikut mempromosikan destinasi wisata di daerah itu. Caranya dengan menyediakan papan informasi pariwisata yang ada.
"Mari kita dukung pariwisata yang ada di Tulang Bawang Barat ini. Banyak sekali destinasi wisata yang bisa dikunjungi di sini dan bisa lebih cepat karena akses sudah melalui tol," kata Umar.
Selain Masjid Islamic Center, kata Umar, destinasi wisata menarik lainnya adalah Patung Empat Marga, Patung Tugu Rato Nago Besanding, Taman Agrowisata dan masih banyak lainnya. Selain itu para wisatawan juga dapat menikmati keindahan pemandangan alam lain di kabupaten yang memiliki 9 kecamatan, 3 kelurahan, dan 93 desa ini. hay/I-1

Kental dengan Unsur Budaya

Salah satu pembangunan ruang publik yang dilakukan pemerintah Tulang Bawang Tengah (Tubaba) daerah untuk menciptakan tempat wisata baru adalah hadirnya Tugu Rato Nago Besanding. Ikon kota ini berupa sepasang pengantin khas Lampung yang mengenakan pakaian adat Lampung.
Pasangan pengantin tersebut menaiki kereta kencana yang ditarik oleh dua naga putih dengan ornamen warna emas. Tempat Tugu Nago Besanding berada di simpang tiga Kecamatan Tulang Bawang Udik Kampung Kagungan Ratu, dulunya bernama Rawa Naga atau Tulung Naga.
Atas keindahannya Tugu Patung Nago Besanding, banyak wisatawan yang lewat menyempatkan untuk berfoto-foto. Apalagi lokasinya hanya sekitar 200 meter dari Islamic Centre yang menjadi titik keramaian di kota ini.
Ruang publik selanjutnya yang menjadi tujuan wisata adalah Relief Megou Pak. Tugu ini yang unik dan megah menyimbolkan 4 suku atau marga asli Lampung atau Megou Pak (empat marga). Empat marga dimaksud adalah Marga Tegamoan, Marga Buay Bulan, Marga Buay Aji, dan Marga Suay Umpu.
Wisata Relief Megou Pak yang berdiri megah di sisi ruas jalan provinsi tepatnya di tikungan berbentuk S, di Desa Panaragan, Kecamatan Tulang Bawang Tengah. Tugu ini telah menjadi tujuan wisata favorit bagi warga di sekitar Tubaba, bahkan disebut menjadi salah satu tujuan wisata turis mancanegara.
Berdirinya wisata Megou Pak sebagai upaya untuk mengakui keberadaan masyarakat Hukum Adat Megou Pak yang telah ada. Disamping itu tugu ini sebagai salah satu langkah melestarikan warisan budaya leluhur masyarakat Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupaten Tulang Bawang, dan Kabupaten Mesuji.
Sebagai daerah pertanian, Tubaba memiliki agrowisata dengan nama Taman Agro Tubaba dengan luas 5 hektare. Di sini pengunjung dapat melihat dan belajar tentang budidaya tanaman dan buah-buahan, seperti jeruk, belimbing, buah naga, mangga, durian, dan sebagainya
Taman Agro Tubaba menjadi salah satu wisata unggulan di Tubaba. Oleh karenanya pihak pemerintah cukup serius dalam dengan menyediakan aneka fasilitas untuk menunjang kegiatan wisata di dalamnya. Berada di Desa Tirta Kencana, Tulang Bawang Tengah, lokasinya yang tidak jauh dari dari Islamic Center Tubaba sehingga mudah didatangi. Tiket masuknya Taman Agro Tubaba sebesar 10.000 rupiah.
Tubaba memiliki pusat kegiatan Islam berupa Masjid Islamic yang beralamat di Pulung Kencana, Kelurahan Panaragan Jaya, Kecamatan Tulang Bawang Tengah (TBT). Seperti namanya tempat yang diresmikan pada 2016 bukan hanya sebagai tempat beribadah namun juga memiliki fungsi rekreasi atau wisata.
Yang menarik, jika sekilas dilihat Islamic Center ini bukan seperti masjid pada umumnya. Desain konstruksi bangunan masjid dan segala ornamen yang ada mengambil dari unsur budaya Lampung, dan bahkan dari sisi desain hampir tidak mengandung unsur budaya timur tengah.
Di Islamic Center terdapat Masjid Baitul Shobur. Bangunan ini dibuat secara vertikal dan tidak memiliki menara. Masjid ini berukuran 34 x 34 meter. Angka ini diambil dari banyaknya jumlah sujud ketika menjalankan salat wajib.
Ditopang dengan 114 pilar dari beton merupakan lambang banyaknya surat dari kitab suci Al-Qur'an. Sedangkan kubah yang tidak ada pada masjid ini tentu memiliki makna tersendiri. Jika kebanyakan masjid umumnya memiliki kubah yang berbentuk bulat, di sini berbentuk persegi lima, melambangkan jumlah salat wajib.
Bangunan Islamic Center yang dikenal dengan Masjid 99 Cahaya atau Masjid Asmaul Husna, memiliki tinggi 30 meter yang menandakan jumlah juz dalam Al-Qur'an. Keunikan lain dari dalam masjid adalah terdapatnya 99 lubang cahaya yang menerangi masjid dan akan berubah sesuai dengan perputaran Bumi mengelilingi Matahari.
Tak ayal karena keunikannya banyak pengunjung yang tempat ini untuk melihat kemegahan dan keunikan arsitekturnya. Pemberian penghargaan Venice Biennale Architecture di Venice, Italia, semakin menegaskan keindahan desain Islamic Center tersebut.
Di depan masjid yang dikelilingi air itu dibangun rumah adat Lampung dengan nama "Sesat Agung Bumi Gayo." Rumah dengan jumlah empat buah ini mewakili empat marga besar yang ada wilayah Tulang Bawang sebelum mengalami pemekaran.
Sedangkan di sekitar komplek masjid terdapat danau buatan yang mengelilingi masjid dan juga sebagian rumah adat. Di dalam airnya terdapat ikan-ikan hias warna-warna yang cantik. Pengunjung biasanya memberi maka ikan hias ini dengan makanan ikan yang dijual dengan harga 5.000 rupiah.
Di samping kanan dan belakang rumah adat terdapat sebuah taman indah yang bisa digunakan untuk bersantai atau sekedar swafoto. Sebagai latarnya berupa batu-batu yang disusun rapi, atau pohon-pohon kecil yang seperti hutan rimbun. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top