Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Inovasi Teknologi

Kecerdasan Organoid Lebih Pintar dari "AI"

Foto : afp
A   A   A   Pengaturan Font

Masa depan dimana komputer ditenagai oleh sel-sel otak yang dikembangkan di laboratorium, mungkin bakal segera terwujud. Ketika dunia terpesona oleh kemajuan terbaru dalam kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), para peneliti di Universitas Johns Hopkins telah mengidentifikasi bentuk kecerdasan baru yaitu kecerdasan organoid (organoid intelligence/OI).

Organoid adalah kultur jaringan tiga dimensi yang umumnya berasal dari sel induk berpotensi majemuk manusia. Apa yang tampak seperti gumpalan sel dapat direkayasa agar berfungsi seperti organ manusia, mencerminkan karakteristik struktural dan biologis utamanya.

William A Haseltine seorang ilmuwan, yang pernah menjadi profesor di Harvard Medical School dan Harvard School of Public Health, menulis, di bawah kondisi laboratorium yang tepat, instruksi genetik dari sel induk yang disumbangkan memungkinkan organoid mengatur dirinya sendiri, dan tumbuh menjadi semua jenis jaringan organ, termasuk otak manusia.

Meskipun ini mungkin terdengar seperti fiksi ilmiah, organoid otak telah digunakan untuk memodelkan dan mempelajari penyakit neurodegeneratif selama hampir satu dekade. Penelitian yang muncul kini mengungkapkan bahwa sel-sel otak yang dikembangkan di laboratorium mungkin mampu belajar.

Tim peneliti dari Melbourne baru-baru ini melaporkan bahwa mereka melatih 800.000 sel otak untuk memainkan permainan komputer. Ketika bidang penelitian ini terus berkembang, para peneliti berspekulasi bahwa apa yang disebut "kecerdasan dalam sebuah cawan laboratorium" mungkin mampu mengungguli kecerdasan buatan.

"Kecerdasan secara luas didefinisikan sebagai kemampuan untuk memperoleh, menyimpan dan menerapkan informasi. Ini adalah salah satu ciri utama yang menentukan pengalaman manusia. Melaksanakan tugas apa pun memerlukan tingkat kecerdasan tertentu terlepas dari kesadaran atau kesadaran diri," tulis Haseltine di lamanForbes.

PlatformchatbotAI sepertiChatGPTmisalnya, dapat merespons penggunanya secarareal-timedengan respons yang dikurasi, namun tingkat kecerdasannya terikat oleh algoritma berbasis data. Kesimpulannya adalah komputer pada dasarnya tidak bisa "berpikir" atau "merasa" sendiri.

Demikian pula organoid otak yang mampu belajar melakukan tugas, namun tidak ada bukti bahwa mereka mampu melakukan kesadaran. Ketika mengacu pada kecerdasan buatan atau organoid, harus berhati-hati untuk tidak memproyeksikan kemampuan berpikir dan perasaan unik manusia ke dalamnya. Kecerdasan saja tidak cukup untuk perasaan subjektif dari kesadaran.

"Namun, baik kecerdasan buatan maupun organoid, keduanya merupakan alat yang berguna untuk meningkatkan efisiensi. Kecerdasan buatan dapat melakukan perhitungan, memberikan rekomendasi yang dipersonalisasi, dan memfasilitasi otomatisasi tugas-tugas manual," tutur Haseltine.

Meskipun AI dapat memproses informasi jauh lebih cepat daripada otak manusia, AI memiliki keterbatasan. Teknologi AI saat ini terbatas pada pemrosesan sekuensial, dan oleh karena itu, hanya unggul dalam tugas-tugas yang dapat diselesaikan secara kronologis, seperti matematika. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top