Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kebijakan Jokowi Bikin Dunia ‘Kelabakan’ karena Indonesia Eksportir Terbesar Minyak Sawit, Bakal Direvisi Lagi?

Foto : VOA/REUTERS/Enny Nuraheni

Tangki penyimpanan minyak sawit terlihat di pabrik penyulingan berbasis minyak sawit milik Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART) di Marunda, Jawa Barat 30 Maret 2011.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kebijakan Presiden Joko Widodo yang melarang ekspor minyak sawit berbuntut panjang. Eksportir tidak memiliki pilihan selain membayar mahal untuk mendapatkan pasokan komoditas tersebut. Padahal pasokan minyak sawit di dunia juga berkurang akibat cuaca buruk dan invasi Rusia ke Ukraina. Dua negara tersebut merupakan importir minyak matahari.

Pengamat industri memprediksi langkah Indonesia, sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia yang melarang ekspor mulai Kamis (28/4), akan mengangkat harga semua minyak nabati utama, termasuk minyak sawit, minyak kedelai, minyak bunga matahari dan minyak canola. Hal tersebut akan memberikan tekanan ekstra pada konsumen yang sensitif terhadap biaya di Asia dan Afrika yang terkena dampak harga bahan bakar dan makanan yang lebih tinggi.

"Keputusan Indonesia tidak hanya memengaruhi ketersediaan minyak sawit, tetapi juga minyak nabati di seluruh dunia," James Fry, ketua konsultan komoditas LMC International, mengatakan kepadaReuters, dilansir VOA, Selasa (26/4).

Minyak kelapa sawit - yang digunakan dalam banyak hal, mulai dari kue dan lemak penggorengan hingga kosmetik dan produk pembersih - menyumbang hampir 60 persen dari pengiriman minyak nabati global. Indonesia menyumbang sekitar sepertiga dari semua ekspor minyak nabati. Pemerintah mengumumkan larangan ekspor komoditas tersebut pada 22 April dan langkah itu akan berlaku hingga pemberitahuan lebih lanjut, sebagai langkah untuk mengatasi kenaikan harga minyak goreng domestik.

"Ini terjadi ketika tonase ekspor semua minyak utama lainnya berada di bawah tekanan: minyak kedelai karena kekeringan di Amerika Selatan; minyak kanola karena gagal panen di Kanada; dan minyak bunga matahari karena perang Rusia di Ukraina," kata Fry.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top