Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

KB Telah Dipraktikkan Secara Luas pada Era Yunani dan Romawi

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Para era Yunani dan Romawi kuno, keluarga berencana telah dipraktikan dengan maju sebelum mengalami hambatan pada abad pertengahan. Langkah ini diambil untuk menghindari persalinan yang berisiko, kematian bayi dan ibu di usia muda, dan stabilitas keuangan keluarga.

Keluarga berencana (KB) dengan mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan, telah ada di kawasan Mediterania atau Laut Tengah. Praktik ini tercantum dalam beberapa literatur medis paling awal dari Yunani kuno dan Roma berhubungan dengan kesuburan dan kesehatan reproduksi.
Di zaman itu, tekanan sosial membuat kebanyakan orang menikah dan memiliki anak di usia yang cukup muda. Namun, tidak semua orang memilih untuk memiliki anak. Ada juga yang memilih untuk menentukan jumlah anak dan kapan waktunya.
Selain itu, KB dilakukan untuk alasan kesehatan. Bagi perempuan, kehamilan dan melahirkan sangat berisiko pada kesehatan dan jiwa mereka. Apalagi malnutrisi dan penyakit menyebabkan peningkatan angka keguguran dan komplikasi lain selama kehamilan.
Pada masyarakat pramodern tersebut diperkirakan terjadi kematian rata-rata 25 ibu untuk setiap 1.000 kelahiran hidup. Tingkat kematian bayi bahkan lebih tinggi, dengan kemungkinan 1/3 dari anak-anak meninggal selama masa bayi.
Faktor yang berkontribusi terhadap tingginya angka kematian ibu dan bayi adalah usia muda di mana banyak perempuan menjadi ibu. Hal ini tidak lepas dari budaya yang mendorong perempuan untuk cepat menikah dan memiliki anak.
Perempuan di Mediterania kuno biasanya menikah antara 15 dan 22 tahun, meskipun pernikahan berusia 12 tahun bukanlah hal yang aneh. Tabib kuno menyadari hubungan antara pernikahan muda dan kematian ibu. Mereka memperingatkan terhadap pernikahan gadis-gadis yang sangat muda.
Di Sparta, perempuan tidak diizinkan menikah sebelum usia 18 tahun karena mengkhawatirkan kesehatan ibu dan anak. Terlepas dari risiko ini, ekspektasi budaya berarti bahwa perempuan sering didorong untuk menikah dan menghasilkan anak sesegera mungkin.
Pengobatan Romawi dan Yunani menggabungkan pengetahuan anatomi, bukti empiris, dan keyakinan spiritual. Dokter seperti Galen yang hidup antara 129 hingga 216 M, adalah salah satu contoh yang menolak pengobatan tradisional yang bersifat takhayul.
Namun kualitas pelayanan medis bervariasi, karena tidak ada pengawasan untuk memastikan bahwa dokter dan bidan melakukan perawatan medis sesuai standar yang disepakati. Perempuan yang tidak mampu menyewa dokter atau yang tinggal di daerah pedesaan bahkan lebih sulit mengakses perawatan medis yang berkualitas.
Meskipun banyak dokter memahami bahwa ada penyebab alami yang mendasari kondisi medis, sebagian besar orang memandang penyakit sebagai akibat dari kekuatan supernatural. Perempuan hamil lalu diberi jimat untuk melindungi dari kekuatan jahat. Dewa yang terkait dengan pernikahan dan kebidanan, seperti Artemis, Hera, dan Eileithyia, dipanggil dalam doa untuk melindungi perempuan saat melahirkan.

Tonggak Penting
Kehamilan menjadi tonggak penting dalam kehidupan rata-rata orang dan merupakan cara untuk menjamin memiliki seseorang pelindung di usia tua. Hal ini juga untuk melanjutkan dari warisan keluarga, dan memberikan kontribusi yang berguna bagi masyarakat. Sementara infertilitas bisa menjadi sumber rasa malu sosial, dan bahkan alasan perceraian.
Pada awal abad ke-5 SM, telah dipahami bahwa infertilitas mempengaruhi pria dan perempuan. Itu dianggap sebagai kekurangan yang lebih serius pada perempuan daripada pria, jadi penyelidikan medis kuno berfokus pada perempuan.
Sejumlah dugaan penyebab dan pengobatan untuk infertilitas dicatat oleh penulis seperti Hippocrates (sekitar abad 5-6 SM), Herophilos (335-280 SM) Lucretius (sekitar 99-55 SM) dan Pliny the Elder (23-79 M). Dokter Yunani-Romawi mengidentifikasi faktor-faktor seperti kesehatan secara keseluruhan, gaya hidup, usia dan kecenderungan yang dapat mempengaruhi kesuburan, tetapi anatomi reproduksi masih kurang dipahami.
Dokter biasanya meresepkan perawatan yang meliputi perubahan pola makan, pembersihan, puasa, mandi, dan obat-obatan. Mengasapi lubang hidung pasien atau lubang lainnya kadang-kadang digunakan untuk menguji kesuburan atau untuk menarik "rahim yang mengembara" kembali ke posisi semula.
Meskipun sebagian besar literatur yang bertahan ditulis oleh pria, masalah kesehatan perempuan sebagian besar ditangani oleh bidan dan perempuan lain yang memiliki pengalaman medis. Dokter pria hanya dipanggil dalam keadaan yang paling serius.
"Secara tradisional, perawatan perempuan dalam kehamilan dan persalinan berada di tangan perempuan, yang tidak hanya membantu persalinan tetapi juga memberikan nasihat tentang kesuburan, aborsi, kontrasepsi, dan bahkan (dalam imajinasi jika tidak dalam kenyataan) penentuan jenis kelamin," tulis Scholar Nancy, dalam bukunya Birth, Death, and Motherhood in Classical Greece (1994),
Banyak orang mencari intervensi ilahi ketika dihadapkan dengan masalah kesuburan. Di Yunani kuno, merupakan kebiasaan untuk berkonsultasi dengan nubuat atau ahli kitab tentang hal-hal penting seperti membesarkan anak.
Orang-orang yang berjuang dengan masalah kesuburan memberi persembahan kepada para dewa dengan harapan mendapatkan bantuan mereka. Persembahan nazar yang terbuat dari terakota sering ditinggalkan di kuil dan dibuat dalam bentuk organ atau anggota tubuh yang terkena.
Perempuan meninggalkan persembahan berbentuk rahim, sementara persembahan phallic mungkin ditinggalkan oleh pria dengan kesulitan reproduksi. Perempuan yang sedang hamil atau mencoba untuk hamil juga memakai jimat rahim yang terbuat dari hematit, batu berwarna darah yang berhubungan dengan kesuburan.
Sayangnya praktik KB dan kontrasepsi berubah selama abad ke-2 dan ke-3 M, ketika agama Kristen menyebar ke seluruh Kekaisaran Romawi. Konsep Kristen tentang seksualitas manusia sebagai dosa menyebabkan kecaman umum terhadap kontrasepsi oleh otoritas agama. hay/I-1

Penggunaan Kontrasepsi

Pada era kuno di Mediterania, telah memiliki cara agar bisa hamil dan juga menghindarinya. Ketika itu terdapat teks-teks ginekologi terutama membahas tentang menginduksi kehamilan, banyak diantaranya juga menjelaskan cara-cara untuk mencegah pembuahan.
Kontrasepsi telah digunakan perempuan yang sudah menikah dan belum. Alasan penggunaannya untuk kesehatan, preferensi pribadi, dan stabilitas keuangan. Beberapa perempuan ingin tidak melahirkan sama sekali, sementara yang lain ingin membatasi ukuran keluarga mereka setelah mereka memiliki jumlah anak yang diinginkan.
Kontrasepsi dianggap lebih aman bagi perempuan daripada menjalani aborsi tindakan invasif ini sangat berisiko bagi nyawa perempuan. Kontrasepsi, kata Dokter Soranus (sekitar abad ke-1-2 M), dianggapnya sebagai metode keluarga berencana yang ideal.
Metode kontrasepsi di dunia kuno mencakup segala hal mulai dari sihir hingga pengobatan tradisional dan perawatan yang dilakukan oleh dokter. Kecanggihan relatif obat kontrasepsi Yunani-Romawi dicatat oleh sarjana Keith Hopkins.
"Beberapa metode yang dianjurkan oleh para dokter Yunani dan Romawi bisa jadi sangat efektif, dan aspek-aspek teori kontrasepsi kuno sama majunya dengan teori modern manapun sebelum pertengahan abad ke-19," kata Hopkins.
Ia menjelaskan, menghindari kehamilan dianggap sebagai tanggung jawab utama perempuan, dan sebagian besar kontrasepsi digunakan atau diberikan oleh perempuan. Metode kontrasepsi yang paling umum bagi perempuan adalah melacak siklus menstruasi mereka untuk menghindari pembuahan.
Namun, kesalahpahaman Yunani-Romawi tentang siklus menstruasi berarti bahwa ini sangat tidak efektif. Metode kontrasepsi lain yang populer adalah anggur obat yang disiapkan oleh dokter atau bidan.
Beberapa tanaman yang diresepkan oleh dokter kuno, termasuk pennyroyal, akasia, semacam tumbuhan, dan mentimun, juga diketahui memiliki efek kontrasepsi. Ramuan kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah silphium, tanaman yang sekarang sudah punah yang diekspor dari Kirene.
Metode lain termasuk suppositoria dan bentuk perlindungan penghalang, seperti spons yang direndam dalam cuka, minyak, atau resin cedar. Beberapa bahan yang digunakan mungkin memiliki sifat spermisida, tetapi sebagian besar tidak efektif.
Jimat ajaib dan mantra pelindung juga kadang-kadang dipakai atau dipasang di tubuh untuk mencegah kehamilan. Biasanya, perempuan akan menggunakan berbagai metode kontrasepsi, sehingga sulit untuk mengetahui metode mana yang paling efektif. Ketika metode ini gagal, beberapa perempuan berusaha untuk mengakhiri kehamilan mereka melalui cara medis atau magis. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top