Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pasir Kunci

Kawasan Kaulinan Barudak di Lembah Manglayang

Foto : foto-foto: koran jakarta/teguh rahardjo
A   A   A   Pengaturan Font

Belasan anak-anak nampak lincah lucu mengikuti arahan untuk menari. Anak laki-laki umur sekitar 10 hingga 12 tahun itu asyik menari di kawasan kaulinan barudak (tempat bermain anak-anak) di Pasir Kunci.

Anak-anak perempuan mengenakan baju tradisional. Berwarna ungu, hijau, merah dan warna-warna cerah. Sementara anak-anak laki-laki mengenakan baju pangsi hitam.

Ada tambahan hiasan lainnya di kepala mereka. Mengenakan topi "mahkota" buatan yang dihiasi dengan dedaunan pohon nangka.

Sementara di tangan mereka, memegang pelepah pisang. Mereka bermain saling kejar di areal luas kawasan wisata unik di lembah Gunung Manglayang.

Kampung Wisata di kawasan Bandung Timur itu akhir pekan lalu menjadi lokasi terbaru di wilayah Bandung yang dapat dikunjungi untuk menikmati wisata budaya. Kali ini Kampung Wisata Kreatif Pasir Kunci berada di kaki Gunung Manglayang tepatnya di Kelurahan Pasir Jati, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung. Wali Kota Bandung, Oded M. Danial meresmikan beroperasinya Pasir Kunci.

Lokasinya yang adi di ketinggian, sekitar 800 meter dari permukaan laut (mdpl) membuat pengunjung akan merasa tenteram. Duduk berlama-lama sambil menikmati pemandangan Kota Bandung dari atas.

Pengunjung bisa menikmati udara sejuk di bawah kaki gunung Manglayang dibarengi pertunjukan dari anak-anak sekitar yang memainkan permainan tradisional.

"Alhamdullilah, saya senang tempat wisata di Kota Bandung bertambah. Ini akan menjaga perekonomian Kota Bandung. Selain itu, saya yakin dengan adanya tempat ini kebudayaan akan lestari. Permainan tradisional anak-anak kini bisa ditemukan di sini," kata Walikota Oded.

Tak hanya menyediakan tempat bermain, melalui kampung ini Mang Oded sapaan akrab Oded M. Danial optimistis, budaya dan permainan tradisional yang ada di Kecamatan Ujungberung akan semain berkembang. Sehingga akan semakin menjadi kebanggaan Kota Bandung.

"Melihat kondisi seperti ini, budaya dan permainan tradisional di Kecamatan Ujungberung akan menjadikan kebanggaan Kota Bandung. Dan hal itu, akan membuat Kota Bandung semakin juara," jelas Mang Oded.

Memang untuk kesenian tradisional, Ujungberung sudah tidak diragukan lagi. Bisa dilihat, anak-anak kecil di sini sudah mengikuti segala kegiatan tradisional dan permainan tradisional. Mereka sudah pandai dalam berkesenian, karena dilatih secara rutin oleh orang tuanya, sehingga kecintaan terhadap budaya tradisional di kawasan ini semakin besar.

Misalnya jika ada event atau festival permainan anak, maka tempat ini akan semakin cocok untuk kunjungan keluarga. Orang tua bisa menikmati suasana sejuknya lembah Manglayang dan menikmati sajian makanan setempat, sementara anak-anak dapat ikut bermain permainan tradisional.

Permainan tradisional berupa Sapintrong, Cingciripit, Perepet Jengkol dan permainan angklung dapat dinikmati anak-anak di Pasir Kunci. tgh/R-1

Museum Permainan Tradisional

Di Bandung juga terdapat sebuah komunitas yang dikenal dengan permainan tradisionalnya. Namanya komunitas Hong. Komunitas ini juga sudah tidak asing bagi pecinta permainan tradisional anak-anak. Bahkan kini sudah memiliki museum yang khusus memajang bebagai jenis permainan anak-anak tersebut.

Museum Permainan Tradisional Indonesia yang berlokasi di Jalan Bukit Pakar Utara Nomor 25 Kota Bandung berupa bangunan tidak terlalu luas dan sederhana. Beralas karpet rerumputan, dengan dinding kayu jati. Memasukinya akan langsung kagum dengan banyaknya koleksi permainan tradisional.

Misalnya mainan congklak. Ada banyak jenisnya mulai dari yang berbahan kayu keras hingga dari batu. Dilubang-lubang congklak terlihat macam-macam kelereng dari masa kejayaan Kerajaan Majapahit yang berusia sekitar 800 tahun. Lalu ada wayang yang terbuat dari bambu dan pare (padi).

Namun, tidak sedikit pula jenis dan alat permainan tradisional yang bahkan mungkin belum pernah kita temui, namun kerap dimainkan pada masa lampau. Artefak bersejarah dengan nilai-nilai kearifan lokal dari sebuah permainan tradisional ini bisa ditemui di sini.

Meski artefak tersebut disimpan di sebuah bangunan yang sederhana dan tidak berukuran luas seperti museum-museum pada umumnya, namun museum permainan tradisional ini menjadi satu-satunya museum permainan tradisional yang memiliki koleksi hingga 2.600 jenis permainan tradisional dari seluruh wilayah di Indonesia. tgh/R-1

Nilai Bijak Dibalik Permainan Tradisional Anak

Cing ciripit Tulang bajing kacapitKacapit ku bulu paréBulu paré seuseukeutna

Kalimat berbahasa Sunda itu dinyanyikan anak-anak berulang-ulang dalam permainan. Cing ciripit merupakan lagu permainan Sunda yang ditujukan untuk berhitung sebelum anak-anak melakukan permainan kucing-kucingan atau permainan sentuh berlarian.

Anak-anak berkumpul dalam posisi melingkar, kemudian salah seorang anak biasanya yang lebih tua meletakkan telapak tangannya ke tengah lingkaran sambil berdiri, lalu anak yang lainnya meletakkan jari telunjuk mereka ke atas telapak tangan anak yang paling tua tadi, setelah itu anak-anak yang meletakkan jari telunjuknya masing-masing mengangkat dan menurunkan jari telunjuknya ke atas telapak tangan sambil menyanyikan lagu Cing ciripit.

Sederhana tapi seru. Yang menjadi "Kucing" kemudian akan mengejar anak-anak lainnya untuk dipegang, hingga semua anak bisa terpegang sehingga permainan selesai. Dan kembali diulangi lagi. Anak-anak tentu menjadi sehat karena terus bergerak. Meski pun berkeringat dan berpakaian tradisional, mereka tetap saja senang terus untuk berlari.

Lalu ada permainan yang juga mengajarkan kekompakan, yakni Perepet Jengkol. Memang tidak ada jengkol, dalam permainan ini, hanya sebutan saja. Di kampung-kampung, biasanya anak-anak memainkan ini saat malam terang bulan.

Caranya, tiga anak berdiri saling membelakangi, tangan mereka saling berpegangan. Kemudian salah satu kaki, biasanya kaki kanan diangkat ke belakang lalu satu sama lainnya akan saling mengaitkan kaki membentuk pondasi atau anyaman sederhana.

Tangan kemudian saling melepaskan sehingga hanya tinggal kaki yang saling terkait. Lalu dengan menyanyikan lagu Perepet Jengkol, mereka mulai berputar sambil meloncat-loncat. Semakin lama mampu mempertahankan kaitan kaki, maka akan semakin baik bahkan menjadi juara dalam permainan. Tapi biasanya tidak bisa bertahan lama, hanya dalam dua putaran saja kaitan kaki akan terlepas dan mereka pun akan jatuh.

Tidak ada kesakitan, hanya tertawa bersama. Tidak kapok, anak-anak akan kembali melakukannya sambil kembali menyanyikan Perepet Jengkol.

Pérépét jéngkolJajahéanKadempét kohkolJéjérétéan tgh/R-1

Komentar

Komentar
()

Top