Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pengurangan Impor

Kapasitas Produksi Domestik Perlu Dipacu

Foto : ISTIMEWA

Buntoro

A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Konsumsi domestik sampai saat ini masih berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Ironisnya, penguatan konsumsi tak dibarengi dengan peningkatan produksi di dalam negeri sehingga menyebabkan banjir impor barang, terutama dari Tiongkok.

Demikian diungkapkan oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DPP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Buntoro saat menjadi pembicara dalam diskusi publik yang digelar kelompok Jaya Sejati Mandiri bertema Peran Pengusaha dalam Mengembangkan UMKM: Peluang dan kendalanya di Yogyakarta, Rabu (12/12).

Menurut Bintoro, peningkatan impor bakal berimbas pada penurunan cadangan devisa sehingga dikhawatirkan semakin memicu tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Karenanya, peningkatan produktivitas di dalam negeri dinilai sangat penting untuk menekan impor. Namun, sampai sekarang dukungan terhadap peningkatan produksi, terutama kepada industri kecil belum terasa dampaknya sampai sekarang.

Tidak ada model baku atau role model yang bisa direplika ke seluruh Indonesia. "Sejak zaman Orde Baru pun sudah ada program untuk UMKM itu, tapi sampai sekarang buktinya masih ada persoalan yang penyelesaiannya hanya berulang dari sisi permodalan saja. Tidak melalui perbaikan penuh pada sisi SDM (sumber daya manusia), teknologi, dan unsur penguat industri produksi lainnya," papar Buntoro.

Untuk itu, lanjutnya, Apindo siap mendukung kebijakan pemerintah membina dan mengembangkan kelompok UMKM di era digital seperti saat ini. Berbagai strategi telah disiapkan Apindo, antara lain peningkatan kualitas SDM, akses dan skema pembiayaan, peningkatan nilai tambah produk, jangkauan pemasaran, penguatan kelembagan usaha juga kemudahan kepastian dan perlindungan hukum.

Panutan S Sulendrakusuma dari Lemhanas yang hadir dalam diskusi itu menuturkan Indonesia segera masuk dalam 10 besar negara ekonomi terbesar di dunia pada 2030. Peta jalan Making Indonesia 4.0 didorong oleh perkembangan revolusi industri 4.0, bonus demografi dan kebutuhan untuk menyediakan lapangan pekerjaan tambahan 10 juta.

Era Disrupsi

Sementara itu, Abidarin Rosidi dari Fakultas Ekonomi AMIKOM Yogyakarta memperingatkan era digital akan memicu disrupsi di sektor tenaga kerja. Saat ini, beberapa jenis model bisnis dan pekerjaan di Indonesia sudah terkena dampak arus era digitalisasi, contohya toko konvensional menjadi toko online, taksi konvensional bergeser menjadi taksi berbasis daring (dalam jaringan).

"Ancaman yang akan dihadapi di era digital, yaitu berkurangnya pekerjaan sepanjang tahun 2015 - 2025 karena digantikan dengan mesin otomatis," jelasnya.

YK/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top