Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Modernisasi Pabrik

Kapasitas Pengolahan Beras Modern di Lampung Capai 120 Ton Per Hari

Foto : ISTIMEWA

Gubernur Lampung, Arinal Djunaedi

A   A   A   Pengaturan Font

BANDARLAMPUNG - Perum Bulog Divisi Regional Lampung menyebutkan pengolahan beras modern atau Modern Rice Milling Plant (MRMP) di daerahnya mampu menampung hingga 120 ton gabah kering panen per hari.

"Kapasitas yang dihasilkan dari proses pengolahan di pabrik pengolahan beras modern bisa mencapai 120 ton per hari untuk gabah kering panen," ujar Kepala Perum Bulog Divisi Regional Lampung, Etik Yulianti, di Bandarlampung, Sabtu (23/7).

Etik mengatakan saat ini untuk pengolahan beras modern tersebut dalam tahap uji coba mesin sebelum beroperasi secara penuh. "Sudah selesai untuk pembangunan, sekarang dalam tahap uji coba mesin untuk menguji daya tahan terhadap mesin agar bisa digunakan dengan baik," katanya.

Untuk kapasitas dalam melakukan proses pengolahan gabah giling menjadi beras bisa dilakukan hingga enam ton per jam. "Gabah giling menjadi beras kapasitasnya diperkirakan bisa mencapai enam ton per jam," tambahnya.

Pabrik pengolahan beras modern tersebut akan dikonsentrasikan untuk mengolah beras menjadi beras premium. "Karena, saat ini berkonsentrasi ke bisnis maka di pengolahan beras modern akan difokuskan untuk menghasilkan beras premium," kata Etik. Menurut dia, dengan adanya pengolahan beras modern tersebut dapat pengolahan gabah milik petani.

"Ini diharapkan dapat mempercepat pengolahan gabah menjadi beras dari petani sebab sudah ada alatnya semua sehingga semua bisa dimaksimalkan," ucapnya lagi.

Penyerapan beras di tingkat petani oleh Bulog Lampung pada Semester I tahun 2022 telah mencapai 18 ribu ton dari kuota sebanyak 32 ribu ton.

Total jumlah infrastruktur MRMP secara nasional berjumlah 10 unit yang berada di Kendal dan Sragen, Jawa Tengah; Bojonegoro, Magetan, Jember, dan Banyuwangi, Jawa Timur; Subang dan Karawang, Jawa Barat; Sumbawa, Nusa Tenggara Barat; dan Bandarlampung Lampung.

Program Unggulan

Terkait upaya memacu kesejahteraan petani ini, Provinsi Lampung memiliki program unggulan yang dapat menghubungkan semua kepentingan pertanian.

Hal ini tujuannya mencapai kesejahteraan petani dan semua pihak yang terlibat dalam proses pertanian secara bersama-sama dengan memanfaatkan teknologi informasi berupa program unggulan, program Kartu Petani Berjaya (KPB).

Dalam diskusi belum lama ini, Gubernur Lampung, Arinal Djunaedi, mengatakan program KPB untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui aplikasi digital yang memuat kebutuhan petani dan dukungan yang dapat diberikan kepada petani terkait kebutuhan sarana dan prasarana pertanian, seperti benih, pupuk, pembiayaan, dan kelembagaan.

KPB, tambah Arinal, memiliki keunikan sistem kerja yaitu rencana usaha secara digital berdasarkan rekomendasi terbaik para ahli, perencanaan meliputi kebutuhan saprotan per masa tanam, jadwal tanam, biaya kegiatan hingga keuntungan yang dapat dihasilkan petani.

Selain itu, tambah Arinal, ada juga laporan usaha yang didasarkan kegiatan petani selama masa tanam yang merupakan realisasi usaha sebagai tolok ukur keberhasilan usaha tani, serta sebagai acuan kelayakan permodalan oleh bank, dan keanggotaan KPB yang menyatukan seluruh pihak yang terkait dengan pertanian secara luas untuk kemudahan dan keamanan arus transaksi mulai dari hulu ke hilir.

Lebih jauh, Arinal menjelaskan manfaat KPB yang diberikan pada petani. Pertama, memudahkan petani mendapatkan permodalan. Kedua, dukungan asuransi usaha maupun asuransi lainnya.

Ketiga, fasilitas sosial program pemerintah maupun swasta (beasiswa anak petani dan bantuan sosial lainnya). Keempat, tambah Arinal, kepastian pemasaran hasil panen dengan harga terbaik; pembinaan, baik budi daya, teknologi, maupun hilirisasi. Kelima, informasi dan laporan keuangan usaha. Keenam, informasi terkini rekomendasi teknologi usaha.

Ketujuh, kepastian ketersediaan pupuk, benih, obat-obatan baik yang digunakan pada tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan, baik subsidi maupun nonsubsidi.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top