Kanselir Jerman Tolak Proteksionisme
Kanselir Jerman, Olaf Scholz
Foto: AFP/Ludovic MARINSTUTTGART - Kanselir Jerman Olaf Scholz, hari Senin (21/10), menyampaikan penolakannya terhadap langkah-langkah proteksionis yang membahayakan kerja sama internasional, sembari menggarisbawahi bahwa proteksionisme dan perang dagang (justru) merugikan.
"Sebagai negara pengekspor, kami menekankan pentingnya perdagangan terbuka dengan seluruh dunia," kata Scholz dalam sebuah pidato di acara pembukaan pabrik daur ulang baterai Mercedes-Benz yang baru di Kuppenheim, kota yang terletak di Negara Bagian Baden-Wuerttemberg, Jerman barat daya.
Seperti dikutip dari Antara, Scholz mengungkapkan meskipun negara-negara, seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan memproduksi kendaraan yang berkualitas tinggi, perusahaan Jerman tidak perlu takut dengan persaingan ini.
"Mayoritas mobil yang diproduksi di Tiongkok dan diimpor ke Jerman berasal dari pabrikan Jerman dan internasional," ungkap dia yang menyoroti kesalahpahaman umum yang berkembang dalam perbincangan publik.
Perdagangan Adil
Scholz menegaskan kembali penolakannya terhadap pemberlakuan tarif yang berpotensi merugikan kepentingan Jerman, sembari menyerukan kepada Uni Eropa (UE) agar menggunakan instrumen perdagangan untuk menjamin proses perdagangan yang adil.
"Sebagai negara pengekspor, kami menghargai perdagangan terbuka dengan seluruh dunia. Dan itulah mengapa kami tidak memerlukan (penerapan) tarif yang terbaik, namun mobil-mobil terbaik dan teknologi yang paling modern," kata dia.
Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar negeri Tiongkok, Mao Ning, menanggapi pernyataan Komisaris TinggiUEuntuk Urusan Luar Negeri danKebijakan Keamanan, Josep Borrell, mengenai Tiongkok.
Mao Ning mengatakan Tiongkok mengharapkan pihak Eropa dapat mematuhi komitmen tentang perdagangan bebas dan menentang proteksionisme, serta bersama-sama memelihara situasi umum kerja sama perdagangan Tiongkok dan Eropa.
Dilaporkan, Komisaris TinggiUEuntuk Urusan Luar Negeri danKebijakan Keamanan, Josep Borrell, menyatakan bahwa melepaskan keterkaitan dengan Tiongkok sangatlah sulit, ia berharap dapat terus memelihara hubungan yang saling menguntungkan, adil, dan seimbang.
Eropa tidak akan mengikuti jejak Amerika Serikat (AS) mengenakan tarif terhadap Tiongkok, perang dagang harus dihindari, mereka percaya pada perdagangan bebas, namun kebebasan pun harus adil.
Menanggapi hal tersebut, Mao Ning menyatakan pihak Tiongkok selalu berpendapat dasar dari hubungan perdagangan Tiongkok dan Eropa adalah saling menguntungkan dan menang bersama, proteksionisme tidak memiliki masa depan, dan kerja sama terbuka barulah jalan yang tepat.
Tiongkok dan UE merupakan mitra perdagangan terbesar kedua bagi satu sama lain, rata-rata transaksi perdagangan per menit hampir mencapai 1,5 juta dollar AS. Stok investasi dua arah Tiongkok-UE telah melampaui 250 miliar dollar AS, perusahaan kedua pihak pun masih terus saling meningkatkan investasinya.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung