Kamboja Keluar dari Kesepakatan Perbatasan
PM Kamboja, Hun Manet
Foto: AFP/ASEAN-Australia Special Summit 2024/Penny STEPPHNOM PENH - Perdana Menteri Hun Manet mengatakan bahwa Kamboja telah menarik diri dari kesepakatan pembangunan ekonomi regional yang telah berlangsung puluhan tahun dengan Vietnam dan Laos. Pengakuan itu amat mengejutkan dan dilontarkan setelah para kritikus menyatakan kekhawatirannya Kamboja akan kehilangan wilayahnya kepada negara tetangganya.
Perjanjian Kawasan Segitiga Pembangunan Kamboja-Laos-Vietnam (CLV-DTA) yang telah berlangsung selama 25 tahun telah menjadi fokus kritik daring dan protes luar negeri dalam beberapa bulan terakhir.
Dalam sebuah pernyataan yang diunggah di laman Facebook pribadinya pada akhir 20 September lalu, PM Hun Manet mengatakan Kamboja telah memutuskan untuk menarik diri dari kesepakatan tersebut, dan bahwa baik Vietnam maupun Laos telah diberitahu mengenai keputusan tersebut.
Dalam pernyataannya, Hun Manet menuduh para ekstremis telah menggunakan kesepakatan tersebut sebagai senjata politik untuk menyerang pemerintahannya dengan menuduh pemerintahannya telah menyerahkan sebagian dari empat provinsi di timur laut ke negara asing.
"Dengan mempertimbangkan kekhawatiran masyarakat tentang wilayah, kami telah memutuskan bahwa Kamboja mengakhiri partisipasinya dalam CLV-DTA mulai 20 September 2024 dan seterusnya," kata PM Hun Manet seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (21/9).
Kesepakatan yang ditandatangani pada tahun 1999 itu ditujukan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dan perdagangan antara provinsi-provinsi timur laut Kamboja dengan provinsi-provinsi tetangga di Laos dan Vietnam.
Padamkan Konflik
Baru-baru ini beberapa aktivis oposisi dan warga Kamboja yang tinggal di luar negeri menyatakan kekhawatiran bahwa kesepakatan itu dapat menguntungkan kepentingan asing secara tidak adil.
Pada Agustus lalu, warga Kamboja di negara-negara termasuk Korea Selatan, Jepang, Prancis, Kanada, Australia dan AS, mengadakan protes terhadap kesepakatan tersebut dan menuntut agar pemerintah menarik diri.
Sebelumnya pada September, PM Hun Manet menggambarkan bahwa mereka berusaha menggulingkan pemerintahannya.
Aktivis oposisi memang telah lama menuduh mantan pemimpin Hun Sen, ayah dari Hun Manet, telah menyerahkan wilayah khususnya ke Vietnam. Ketakutan terhadap campur tangan Vietnam telah lama menjadi momok politik di Kamboja yang dipicu oleh sentimen anti-Vietnam yang kuat.
Dalam sebuah posting Facebook pada akhir 20 September, PM Hun Sen mengatakan keputusannya untuk menarik diri dari kesepakatan tersebut adalah untuk memadamkan konflik secara sepenuhnya. AFP/I-1
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
Berita Terkini
- Dubes RI untuk Belanda: Dukungan BNI pada KMILN Tegaskan Posisinya sebagai Bank Global
- IDI Kabupaten Banyumas Bagikan Cara Tepat Obati Penyakit Tekanan Darah Tinggi yang Efektif
- IDI Jawa Tengah BagikanTips Kesehatan Cara Cepat Hamil Setelah Haid
- Khofifah - Emil Ajak Pendukung Doa Bersama dan Sukseskan Pilgub Jatim
- Ditjen Hubdat Lakukan Sosialisasi Keselamatan pada Pengemudi Angkutan Barang