Kabar Gembira, BRIN Kembangkan Varietas Jagung Tahan Hama dan Perubahan Iklim
Ilustrasi - Petani memanen jagung hibrida bioteknologi NK Pendekar Sakti di Desa Banyubang, Solokuro, Lamongan, Jawa Timur, Selasa (27/2/2024). Jagung bioteknologi ini tahan terhadap hama ulat penggerek batang dan dapat meningkatkan hasil panen hingga 7-8 ton per hektare.
Foto: ANTARA/Rizal HanafiJakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan swasta dan universitas, tengah mengembangkan varietas jagung yang mampu beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan dan perubahan iklim, serta tahan terhadap hama penyakit.
Peneliti Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN I Gusti Komang Dana Arsana melalui keterangan di Jakarta, Senin mengatakan saat ini telah ditemukan sekitar 10 jenis varietas sumber jagung hibrida baru. Selanjutnya, dilakukan uji potensi hasil varietas tersebut di beberapa kabupaten di Indonesia salah satunya di Provinsi Bali.
"Uji coba di Bali dilakukan di tiga lokasi berbeda, pertama Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Udayana (UNUD) dengan ketinggian ±10 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kedua di Desa Kesiut, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan dengan ketinggian ±300 mdpl dan diperkirakan akan panen sebulan lagi. Terakhir di Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan dengan ketinggian ±1.000 mdpl," paparnya.
Dana menjelaskan, jagung hibrida merupakan jenis jagung yang dihasilkan dari persilangan antara dua atau lebih varietas jagung yang berbeda. Tujuan dari pengembangan jagung hibrida untuk meningkatkan sifat-sifat tertentu, seperti hasil panen, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta adaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan.
Ia melanjutkan jenis jagung ini memiliki keunggulan dapat dipanen muda seperti jagung sayur, jagung rebus dan jagung bakar, maupun di saat sudah tua yakni pipilan kering.
"Untuk panen saat ini dari satu hektare lahan bisa menghasilkan tidak kurang dari 10 ton jagung pipilan kering. Selanjutnya, hasil panen akan dilakukan pemilihan dan verifikasi kembali untuk menemukan yang terbaik dari yang terbaik. Kebetulan selama pertanaman ini tidak ada hama penyakit yang menyerang," ungkapnya.
Sementara, periset perakitan varietas jagung hibrida yang juga berasal dari Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN Roy Efendi menyampaikan, dirinya sedang menguji beberapa varietas jagung di 10 lokasi, termasuk yang ada di Bali.
"Pengujian di Bali menggunakan 8 jenis hibrida, bertujuan untuk melepas jagung hibrida yang toleran tahan penyakit bulai, dan adaptif di dataran tinggi maupunlahan kering," ujarnya.
Roy juga menambahkan, beberapa calon varietas yang terdeteksi dengan baik terutama tongkol besar, dan perbandingan antara berat bersih biji jagung, dengan berat biji jagung yang masih bersama dengan bonggolnya (rendemen) yang tinggi.
"Tongkol besar dan rendemen tinggi ada dua kandidat, tujuannya ini untuk jagung pakan sehingga kita bisa mem-bufferuntuk varietas-varietas nasional. Mudah-mudahan dapat bersaing dengan varietas multinasional yang ada di Indonesia," katanya.
Ia menjelaskan????adasalah satu calon varietas terbaik dan semoga bisa menjadi varietas unggul BRIN dan segera dapat dikembangkan di seluruh Indonesia.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
Berita Terkini
- Degrowth, Melawan Industrialisasi dan Konsumsi Berlebihan Demi Masa Depan yang Berkelanjutan
- Hardjuno Pertanyakan RUU Tax Amnesty Tiba-tiba Masuk Prolegnas Prioritas Saat RUU Perampasan Aset Tidak
- Kebijakan Luar Negeri Prabowo Subianto: Diplomasi yang Berimbang untuk Indonesia
- Tuai Kecaman, Biaya Penobatan Raja Charles Capai £72 juta
- Russia Serang Ukraina dengan Rudal Hipersonik, NATO-Kyiv Gelar Pembicaraan Darurat Selasa