Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Kabar Baik! Kalahkan Negara Maju, Menkeu Sri Mulyani Ungkap Peluang Indonesia Masuk Jurang Resesi Sangat Kecil

Foto : Dok. Kemenkeu

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati.

A   A   A   Pengaturan Font

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut kemungkinan Indonesia mengalami resesi sangatlah kecil. Pasalnya ia meyakini Indonesia merupakan salah satu negara dengan ketahanan ekonomi yang cukup baik dan cepat pulih.

"Indonesia termasuk negara yang kemungkinan terjadinya resesi sangat kecil," kata Sri Mulyani dalam kuliah umum di Universitas Indonesia, pada Senin (8/8).

Mengutip hasil survei Bloomberg, Sri Mulyani mengungkapkan Indonesia berada di paling bawah dalam daftar probabilitas negara mengalami resesi dengan kemungkinan hanya 3 persen.

Menurutnya daya tahan ekonomi Indonesia jauh lebih baik dari negara-negara ASEAN lain seperti Malaysia dan Vietnam yang masing-masing menghadapi kemungkinan resesi 13 persen dan 10 persen.

Sri Mulyani bahkan menekankan bahwa ekonomi tanah air juga lebih baik dari negara-negara maju di dunia seperti Amerika Serikat (AS) yang secara teknikal sudah masuk resesi.

Begitu juga Tiongkok yang pertumbuhan ekonominya dilaporkan melambat di kuartal II 2022. Sri menuturkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak awal tahun bertahan di atas 5 persen. Pada kuartal I sebesar 5,01 persen dan meningkat menjadi 5,4 persen pada kuartal II tahun ini.

"Sebetulnya Amerika Serikat sudah mengalami secara teknik resesi karena dua kuartal berturut-turut perekonomiannya negatif. RRT sebagai negara ekonomi kedua terbesar juga mengalami pertumbuhan yang sangat rendah pada kuartal II sehingga ini menimbulkan komplikasi," tutur Sri Mulyani.

Selain itu, Sri Mulyani menuturkan kondisi ekonomi Indonesia cenderung stabil di tengah berbagai tekanan global disebabkan oleh sinergi kebijakan fiskal dan moneter hingga riil. Ia menuturkan RI termasuk negara dengan inflasi yang rendah jauh di bawah Turki dan Argentina.

"Turki inflasinya sudah mendekati 80 persen, Argentina juga bahkan sudah mendekati atau di atas 70 persen," ungkapnya.

Lebih lanjut, Sri menjelaskan hal ini tak terlepas dari upaya pemerintah untuk mempertahankan kondisi ekonomi melalui kebijakan fiskal dengan menjadikan APBN sebagai shock absorber atau ketika menghadapi krisis yang kini melanda dunia, mulai dari energi, pangan hingga keuangan.

"Jadi kalau dilihat sampai hari ini Indonesia dengan inflasi 4,4 itu adalah sebuah hasil dari kebijakan dan memang ada biayanya yaitu APBN kita yang harus menanggung shock yang terjadi karena terjadinya komoditas yang luar biasa," pungkas Sri Mulyani.

Meski demikian, ia menekankan bahwa APBN tak bisa terus menjadi penopang, khususnya ketika perekonomian mulai pulih. Sri menilai APBN harus dijaga kesehatannya agar bisa terus membantu masyarakat saat dilanda krisis lanjutan.

"Menjaga pajak untuk menjaga Indonesia, menjaga agar keuangan negara jadi instrumen jangka panjang mendukung pembangunan dan pemulihan ekonomi lebih lanjut," pungkasnya.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top