Junta Lancarkan Serangan Udara ke Mandalay
Sebuah bangunan di Desa Singut, Mandalay, Myanmar, porak poranda usai terjadinya serangan udara oleh junta pada Minggu (26/1) lalu. Akibat serangan ini dilaporkan sebanyak 22 orang tewas dan puluhan lainnya terluka.
Foto: Mandalay Free PressYANGOON - Sebanyak 22 orang tewas dan puluhan lainnya terluka akibat serangan bom yang dilakukan pasukan junta di Myanmar tengah, menurut laporan media setempat.
“Pasukan junta melancarkan serangan udara yang menargetkan sebuah sekolah dan gedung rumah sakit di wilayah yang dikuasai pemberontak di Desa Singut, Kotapraja Myingyan, wilayah bagian Mandalay,” demikian dilaporkan Myanmar Now pada Senin (27/1).
Setidaknya 12 anggota pemberontak tewas dalam serangan udara tersebut, sementara warga sipil, termasuk anak-anak dan tenaga kesehatan, juga menjadi korban dalam pengeboman yang terjadi pada akhir pekan.
Seorang anggota tim pertahanan setempat mengatakan bahwa dua bom dijatuhkan di sebuah gedung sekolah yang digunakan pemberontak sebagai markas.
Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri Tiongkokmengumumkan bahwa rezim junta dan kelompok pemberontak telah menandatangani kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada 18 Januari.
Gencatan senjata itu ditandatangani oleh junta dan Myanmar National Democratic Alliance Army dalam perundingan perdamaian putaran ketujuh di Kunming, ibu kota Provinsi Yunnan, Tiongkok selatan.
Menurut laporan Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (Assistance Association for Political Prisoners), sedikitnya 6.106 warga sipil telah tewas akibat tindakan aparat keamanan sejak kudeta militer Myanmar pada Februari 2021. Namun angka ini belum mencakup korban dari pertempuran yang masih berlangsung.
Pembekuan Bantuan
Sementara itu dari Thailand dilaporkan bahwa pusat perawatan kesehatan yang melayani puluhan ribu pengungsi di perbatasan Thailand-Myanmar telah diperintahkan ditutup setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, membekukan sebagian besar bantuan asing pada 24 Januari, yang memaksa pejabat Thailand untuk memindahkan pasien yang sakit parah ke fasilitas lain.
Komite Penyelamatan Internasional (IRC), yang mendanai klinik tersebut dengan dukungan AS, memerintahkan fasilitas tersebut untuk ditutup pada 31 Januari, menurut seorang pejabat setempat dan dua anggota komite kamp.
Pembekuan ini telah menyebabkan sektor bantuan global, yang didanai besar-besaran oleh AS, menjadi kacau.
Belum jelas apa dampak dari keringanan bantuan kemanusiaan untuk menyelamatkan nyawa selama jeda 90 hari yang dikeluarkan oleh kementerianluar negeri pada tanggal 28 Januari, atau berapa banyak pusat di sembilan kamp yang menampung sekitar 100.000 orang yang terkena dampak.
- Baca Juga: Ahmed al-Sharaa Ditunjuk Jadi Presiden Sementara
- Baca Juga: AS Tinjau Keamanan DeepSeek
Fasilitas kesehatan di perbatasan melayani puluhan ribu pengungsi dari Myanmar yang dilanda konflik. Ant/Anadolu/ST/I-1
Berita Trending
- 1 Incar Kemenangan Penting, MU Butuh Konsistensi
- 2 Thailand Ingin Kereta Cepat ke Tiongkok Beroperasi pada 2030
- 3 Kepercayaan Masyarakat Dapat Turun, 8 Koperasi Bermasalah Timbulkan Kerugian Besar Rp26 Triliun
- 4 Polresta Bukittinggi giatkan pengawasan objek wisata selama liburan
- 5 Cegah Kepunahan, Karantina Kepri Lepasliarkan 1.200 Burung ke Alam