Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Lalu Lintas Modal

Juni 2019, "Capital Inflow" Capai Rp22,9 Triliun

Foto : ISTIMEWA

Dody Budi Waluyo,Deputi Gubernur BI

A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta- Bank Indonesia (BI) mencatat arus modal masuk yang masuk pada sistem keuangan nasional hingga mendekati akhir Juni 2019 mencapai 154 triliun rupiah, meningkat 22,9 triliun rupiah dari catatan per Mei lalu. Peningkatan itu disebabkan investor melihat prospek perekonomian nasional cukup positif dalam jangka panjang.

"Itu terdiri dari penerbitan SBN dan saham, dua instrumen yang paling besar membawa inflow ke perekonomian," kata Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo di Jakarta, Jumat (28/6).

Dody mengatakan arus modal masuk tersebut sebanyak 90 triliun rupiah berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dan 60 triliun rupiah dari saham. Capaian tersebut melampaui catatan setahun penuh pada 2018 ketika SBN tercatat sebesar 57,1 triliun rupiah. Sementara di pasar modal, pada 2018 justru terjadi dana keluar atau outflow sebesar 51,9 triliun rupiah.

Dia menjelaskan masuknya arus modal dari penerbitan SBN terjadi karena imbal hasil dari obligasi pemerintah Indonesia yang ditawarkan masih cukup kompetitif dengan negara berkembang lainnya. Sedangkan, tambah Dody, besarnya arus modal dari pembelian saham terjadi karena investor melihat prospek membaiknya perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.

Baca Juga :
Target Ekspor Meleset

"Mereka tentunya akan mengkaitkan dengan pertumbuhan ekonomi dengan proyeksi yang masih cukup baik pada 2019 ini. Jadi itu yang kita lihat masih besarnya inflow dari sisi saham," ujarnya.

Indikator Positif

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan kinerja ekonomi saat ini memperlihatkan tanda-tanda yang positif karena mampu tumbuh 5,07 persen hingga triwulan I-2019 yang diimbangi dengan laju inflasi 3,23 persen.

"Kondisi tersebut disertai dengan tingkat indikator sosial seperti tingkat kemiskinan, pengangguran dan rasio gini yang persisten menurun," kata Darmin.

Selain itu, ujar dia, pelaku usaha menilai iklim investasi di Indonesia makin baik seiring dengan perbaikan peringkat daya saing serta peringkat utang Indonesia. "Hal ini tercermin dari peningkatan credit rating oleh lembaga-lembaga pemeringkat rating. Indonesia sudah memasuki Investment Grade," ujarnya.

Kondisi layak investasi itu terjadi berkat peningkatan efisiensi di sektor pemerintahan serta peningkatan infrastruktur dan kondisi bisnis. Selain itu, hal ini terbantu oleh perbaikan iklim usaha melalui sistem OSS dan simplifikasi perizinan lainnya, pendidikan dan pelatihan vokasi, fasilitas insentif perpajakan, serta industri berbasis ekspor. Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top