Jum'at, 08 Nov 2024, 01:30 WIB

Judi Online Makin Mengeksploitasi Kehidupan Rakyat Miskin

Judi Online

Foto: ANTARA

JAKARTA– Warga yang ketagihan bermain judi online terus bertambah, sehingga sudah sampai pada tingkat mengkhawatirkan.

Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Ivan Yustiavandana, saat rapat dengar pendapat bersama Komisi III DPR RI di Jakarta, Rabu (6/11), mengatakan ada kelompok masyarakat yang menghabiskan hampir 70 persen gajinya untuk judi online.

Kelompok tersebut adalah masyarakat dengan penghasilan maksimal satu juta rupiah. “Kalau dulu orang terima satu juta rupiah hanya akan menggunakan 100–200 ribu rupiah untuk judi online, sekarang sudah hampir 900 ribu rupiah dipakai untuk judi online. Jadi, kami melihat semakin addict-nya (ketagihan-red) masyarakat melakukan judi online,” kata Ivan.

Fenomena itu, jelas Ivan, sangat beralasan karena mengacu pada penggunaan dana untuk judi online dibandingkan dengan penghasilan selama periode 2017–2023.

Menanggapi fenomena tersebut, Manajer Riset Seknas Fitra, Badiul Hadi, mengatakan tingginya pengeluaran untuk judi online menunjukkan minimnya akses masyarakat miskin pada kehidupan yang layak. Bisa jadi mereka tidak punya pilihan lain selain judi sebagai jalan pintas.

“Negara harus serius menindaklanjuti temuan PPATK melalui program-program yang berdampak langsung meningkatkan kesejahteraan masyarakat,”tegas Badiul.

Hal itu juga bisa disebabkan oleh lemahnya literasi finansial masyarakat akan dampak judi online. Peningkatan literasi harus dibarengi dengan penegakan hukum dan pemberantasan judi online.

Data PPATK itu sangat memprihatinkan karena menunjukkan kegiatan eksploitasi masyarakat miskin di Indonesia dan ini sangat berbahaya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat di tengah situasi ekonomi yang masih serba sulit.

“Fenomena ini menunjukkan sikap apatis masyarakat karena kompleksitas masalah. Tantangan pemerintah tidak hanya sebatas memberi bantuan sementara, tetapi mengatasi akar masalah,” kata Baidul.

Hal yang paling penting, kata Badiul, adalah keberanian pemerintah memblokir situs situs judi online untuk menyelamatkan masyarakat dari jeratan lingkaran setan eksploitasi ekonomi masyarakat miskin.

Ketua Jogja Startup Foundation, Anggoro, mengatakan penggunaan internet untuk hiburan adalah hal yang lumrah. Internet, seperti halnya teknologi komunikasi lain, misalnya televisi dan handphone, pada dasarnya diakses oleh masyarakat luas karena memiliki beragam fungsi, mulai dari bekerja hingga bersenang-senang.

“Internet memungkinkan kita untuk mengakses hiburan kapan saja, dan ini merupakan salah satu bentuk perkembangan teknologi yang sama seperti televisi pada masanya. Masyarakat mengaksesnya untuk memenuhi kebutuhan akan hiburan, informasi, maupun komunikasi,” ujarnya.

Namun demikian, masalah judi online harus dilihat secara berbeda. Menurutnya, judi online adalah fenomena yang melibatkan beberapa faktor, baik dari sisi regulasi maupun aspek mentalitas individu.

“Di sini, negara memiliki tanggung jawab untuk menegakkan regulasi dan memberikan perlindungan. Di sisi lain, ada juga isu mental yang memerlukan pendekatan berbeda, misalnya melalui edukasi dan konseling untuk mendorong perilaku yang lebih produktif,” jelasnya.

Tingkatkan Produktivitas

Anggoro juga menambahkan bahwa untuk meningkatkan produktivitas masyarakat dalam menggunakan internet, pendekatan yang kreatif dan edukatif sangat diperlukan. Ia menyarankan agar pemerintah dan sektor swasta bekerja sama menciptakan program-program yang mendorong pemanfaatan internet sebagai sarana produktivitas.

“Banyak peluang di dunia digital yang bisa digali, mulai dari ekonomi kreatif, wirausaha, hingga pekerjaan freelance. Dengan memberikan edukasi tentang cara memanfaatkan internet untuk menambah penghasilan atau meningkatkan keahlian, kita bisa mendorong masyarakat untuk lebih produktif di dunia digital,” paparnya.

Selain itu, pelatihan digital literacy juga penting untuk memastikan bahwa masyarakat tidak hanya menjadi konsumen konten hiburan, tetapi juga dapat menciptakan atau berpartisipasi dalam aktivitas yang menghasilkan nilai tambah.

“Dengan meningkatkan literasi digital, masyarakat akan lebih paham cara menggunakan internet secara produktif. Mereka bisa mengakses berbagai sumber daya, belajar keterampilan baru, atau bahkan membuka usaha sendiri secara online,” katanya.

Anggoro berharap masyarakat dapat melihat potensi internet sebagai alat yang tidak hanya untuk hiburan, tetapi juga sebagai sarana pengembangan diri dan peningkatan ekonomi.

Redaktur: Vitto Budi

Penulis: Eko S, Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan: