JICT Prioritaskan Pekerja Perempuan
PT. Jakarta International Container Terminal (JICT).
Foto: IstimewaJAKARTA-PT. Jakarta International Container Terminal (JICT) terus meningkatkan partisipasi perempuan di dunia kerja, sehingga perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam membangun ekonomi bangsa. Hal ini juga sebagai upaya mengentas kemiskinan dan menekan angka penggangguran.
Direktur Utama PT. JICT Ade Hartono menuturkan JICT sebagai terminal petikemas terbesar di Indonesia sangat menghargai kesetaraan kaum perempuan untuk berkiprah di industri pelabuhan yang 95 persen notabene didominasi oleh laki-laki.
JICT memberikan kesempatan kerja, karir dan pengembangan diri yang sama kepada seluruh pegawai tanpa membedakan gender. "Pekerja perempuan di JICT hanya berjumlah 50 orang dari 600 pegawai, dan mereka mampu menunjukkan perannya yang signifikan di perusahaan," kata Ade di Jakarta, Sabtu (18/9).
Berkat mengedepankan kesetaraan jender JICT mendapatkan penghargaan kategori Kesetaraan dan Partisipasi perempuan di dunia kerja dalam Indonesian Sustainable Development Goals Award (ISDA) 2021.
Adapun ISDA didukung oleh Kementrian Koordinator Perekonomian RI. Perusahaan peti kemas itu juga mendapatkan penghargaan "pendidikan berkualitas" atas kegiatan sosialnya di bidang pendidikan.
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Pemerintah Percepat Pembangunan Sekolah Rakyat
- 2 TNI AD Telah Bangun 3.300 Titik Air Bersih di Seluruh Indonesia
- 3 Program Makan Bergizi Gratis Harus Didanai Sepenuhnya Dari APBN/D
- 4 PPG Kemenag Dibuka Maret, Berikut Kriteria Pesertanya
- 5 Guru Besar UGM Sebut HMPV Tidak Berpotensi Jadi Pandemi, Ini Alasannya
Berita Terkini
- Presiden Prabowo: Indonesia dan Jepang Sahabat Lama
- Jaga Kesehatan, 214 Kasus ISPA Akibat HMPV Ditemukan di Jakarta
- Dorong Investasi Asing, Bank Mandiri Promosikan Sektor IT ke Investor Hongkong
- Jajaki Kerja Sama Ekonomi, Kadin akan Berkunjung ke India dan Pakistan
- TikTok Bakal Dilarang, Kedubes Tiongkok Kritik AS Gunakan Kekuatan Negara untuk Menekan