Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Jenderal Kesayangan Bung Karno Ini Mati Secara Misterius

Foto : Istimewa

Letjen KKO Hartono.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Di ujung kekuasaannya, saat kubu Jenderal Soeharto mulai merongrong, Presiden Soekarno atau Bung Karno sebenarnya masih punya pendukung kuat di kalangan tentara. Salah satunya datang dari korps KKO (marinir sekarang, red).

Namun Bung Karno, memilih untuk tak bersikap frontal.Presiden pertama RI ini memilih 'mengalah' untuk tak melakukan perlawanan pada kubu Soeharto. Padahal kalau mau, Bung Karno bisa melawan.

Tapi demi menghindari pertumpahan darah antar sesama saudara sebangsa, Bung Karno memilih minggir dan menepi dari panggung kekuasaan. Meski akhirnya sangat menyakitkan.

Mengutip buku, Pasukan Komando: Pasukan Hantu Pengukir Sejarah Indonesia, yang ditulis Petrik Matanasi, salah satu jenderal loyalis yang juga jadi kesayangan Bung Karno ketika itu adalah Jenderal Hartono.

Ia komandan KKO Marinir. Ketika kekuasaan Bung Karno mulai dirongrong kubu Soeharto pasca peristiwa G30S PKI, Letjen Hartono salah satu jenderal yang loyal pada presiden.

Bahkan Jenderal Hartono siap melindungi Bung Karno, dan melawan siapa saja yang coba mengganggu Presiden pertama RI.

"Pejah gesang melu (hidup mati ikut) Bung Karno. Putih kata Bung Karno, Putih kata KKO. Hitam kata Bung Karno, hitam kata KKO," begitu kata Jenderal Hartono.

Namun nasib jenderal pelindung Bung Karno itu akhirnya berakhir tragis. Pasca Bung Karno turun dan Soeharto naik jadi Presiden, Jenderal Hartono dibuang jadi Dubes di Korea Utara. Beberapa tahun kemudian, ia dipanggil pulang ke Jakarta, karena hendak diperiksa.

Sampai kemudian kejadian tragis pun terjadi. Jenderal Hartono ditemukan tewas di dalam kamarnya di Jalan Prof DR Soepomo, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Terdapat tiga luka tembak di bagian kepala. Pemerintah menyebutnya bunuh diri.

Kematiannya penuh misteri, bahkan mantan Gubernur DKI Jakarta Letjen KKO (Purn) Ali Sadikin dan mantan Wakasal Laksamana Madya Rachmat Sumengkar menyangsikan keterangan itu. Sebab, data yang ditemukan di rumah Hartono berbeda dengan hasil investigasi resmi yang dikeluarkan RSPAD.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top