Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Jejak Kolonialisme di Negeri Rempah-Rempah

Foto : istimewa

Masjid Sultan Ternate

A   A   A   Pengaturan Font

Pulau Ternate saksi bagaimana penjajah saling berebut kekuasaan. Mengunjungi tempat ini seperti membaca buku sejarah tentang perlawanan terhadap kolonialisme.

Kota Ternate dengan luas 111 kilometer persegi dikenal sebagai tempat yang memiliki sejarah panjang. Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara.
Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada 1257, kerajaan ini lebih tua dari Kerajaan Cirebon (1430-1677) atau Kerajaan Demak (1475-1548). Kerajaan Islam Ternate hanya kalah tua dari Perlak di timur Aceh yang pernah berkuasa antara 840-1292.
Kerajaan Ternate tercatat cukup gigih dalam melawan penjajah Portugis dan Belanda. Perlawanannya terhadap Portugis yang ingin menguasai perdagangan rempah-rempat memicu perang yang berlangsung antara 1550- 1588.
Perang ini berlatar belakang pembunuhan Sultan Hairun oleh Portugis atas inisiatif Diego Lopez de Mesquita, Gubernur Portugis saat itu. Kematian Hairun menyulut anaknya sekaligus penggantinya yaitu Sultan Baabullah untuk melawan.
Mengunjungi Ternate yang memiliki sejarah panjang seperti menziarahi masa lalu. Di sini masih bisa dilihat keraton, benteng, masjid, makam, dan benda-benda bersejarah yang menjadi saksi bisu kejayaan, perlawanan, dan perebutan kekayaan di masa lalu.
Keraton Kesultanan Ternate yang berbentuk segi delapan dibangun pada 1813 oleh seorang arsitektur asal Tiongkok. Sampai saat in keraton masih berdiri dengan gagah di pusat kota menghadap arah timur dengan pemandangan laut lepas.
Depan Museum Kedaton Ternate terdapat alun-alun yang tidak begitu luas. Di belakang museum menjulang gunung berapi aktif Gamalama, yang menjadi sebab terbentuknya pulau yang subur dan kaya itu.
Museum Kedaton Ternate berlokasi di Bukit Limau memiliki bentuk bangunan dua lantai. Dari depan bentuknya menyerupai seekor singa yang sedang duduk bertopang dengan kedua kaki depannya.
Luas bangunan museum 1.500 meter persegi, berdiri di atas lahan dengan luas 1,5 hektare. Dari sinilah sejarah pemerintahan Kesultanan Ternate yang pertama dimulai hingga mencapai kejayaannya, sebelum direnggut oleh bangsa kolonial. Di dalam museum terdapat beberapa benda bersejarah seperti pedang, topi, mahkota, guci, kereta, dan lainnya.

Benteng dan Masjid
Tempat bersejarah sebagai saksi bisu perdangangan rempah-rempah di Maluku adalah Benteng Oranje (Fort Oranje). Dalam sejarahnya banteng ini didirikan pada 26 Mei 1607 oleh Cornelis Matclief de Jonge dan diberi nama Fort Oranje oleh Francois Wiltlentt pada 1609, saat masa pemerintahan Sultan Mudaffar.
Benteng Oranje ini semula berasal dari bekas sebuah benteng tua yang dibangun oleh bangsa Portugis beralamat di Jalan Hasan Boesoeri, Ternate Tengah, Kota Ternate. "Letaknya yang strategi menjadikannya banyak dikunjungi wisatawan," demikian keterangan dari laman resmi Dinas Pariwisata Kota Ternate.
Dulu banteng ini menjadi tempat berlindung penjajah dari serangan kerajaan. Kini Benteng Oranje telah beralih fungsi menjadi lokasi wisata benteng di Ternate, dan diwacanakan untuk menjadi museum rempah-rempah.
Sedangkan Benteng Kalamata, merupakan benteng yang posisinya masih berada di pinggir laut, lokasinya berada di tenggara Pulau Ternate menghadap Pulau Tidore, tepatnya Kelurahan Kayu Merah, Kecamatan Ternate Selatan.
Benteng ini dibangun pada 1540 oleh utusan Portugis yang dipimpin oleh Francisco Serrão. Fungsi benteng ini sama seperti benteng lainnya untuk mempertahankan Portugis dari serangan bangsa Eropa lain yang juga ingin merebut Ternate pada masa perdagangan rempah-rempah.
Bentuk bangunan banteng sangat unik layaknya bintang dengan sudut lancip pada bagian depannya. Selain itu, kondisi bangunannya masih sangat kokoh, sehingga banyak dikunjungi oleh para wisatawan luar daerah maupun warga lokal.
Benteng Tolukko merupakan salah satu bangunan kuno yang terdapat di Kota Ternate, tepatnya ada di sebelah utara pulau ini. Namun, pada 1610, benteng ini diambil alih oleh Belanda, sekaligus menjadi awal kekuasaan Belanda di Maluku. Setelah Indonesia merdeka, benteng ini dipugar pada 1997 dan menjadi salah satu destinasi menarik di Ternate.
Sejarah Kota Ternate dapat juga dilihat dari melalui Masjid Sultan Ternate. Masjid yang sangat bersejarah ini pembangunannya telah dirintis sejak Kerajaan Ternate dipimpin oleh Sultan Zainal Abidin, Raja Ternate ke-18. Namun demikian belum ada tahun yang pasti kapan masjid ini didirikan, namun catatan sejarah menyebutkan baru dibangun pada abad ke-17.
Sampai saat ini Masjid Sultan Ternate masih difungsikan sebagai tempat ibadah bagi masyarakat di Maluku Utara, bahkan masih ada tradisi-tradisi budaya yang kerap kali dijalankan di masjid ini saat kota itu pernah menjadi ibu kota provinsi dari 1999-2010.
Makam Sultan Babullah juga menjadi kunjungan wisatawan, karena sultan yang memerintah dari 1570-1583 menjadi simbol perlawanan Ternate dalam mengusir penjajah, yang hendak menguasai Ternate.
Babullah anak kesayangan Sultan Khairun Jamil, sultan ke-6 yang tewas karena tipu muslihat Diego Lopez de Mesquita, Gubernur Portugis saat itu. Makamnya yang berada di Puncak Bukit Foramadiahi, kampung tertinggi dan tertua yang ada di Ternate.
Berada di lereng Gunung Gamalama, suasana di makam Sultan Babullah begitu tenang dan sejuk. Hingga saat ini, masih banyak masyarakat yang datang kemari untuk ziarah, sekaligus mengagumi perlawanannya. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top