Jangan Terlalu Cepat Puas dengan Angka-angka Statistik
Presiden Prabowo
Foto: ISTIMEWAJAKARTA - Presiden Prabowo mengatakan sebagai pemimpin politik, jangan sampai terlalu senang melihat angka-angka statistik yang membuat terlalu cepat gembira, terlalu cepat puas. Padahal para pemimpin ini belum melihat gambaran sepenuhnya "Kita sebagai pemimpin politik, jangan kita terlalu senang melihat angka-angka statistik yang membuat kita terlalu cepat gembira, terlalu cepat puas.
Padahal kita belum melihat gambaran sepenuhnya. Kita merasa bangga bahwa kita bisa diterima di kalangan G20, kita merasa bangga bahwa kita disebut ekonomi ke-16 terbesar di dunia. Tapi, apakah kita sungguh-sungguh paham dan melihat gambaran utuh dari keadaan kita?,"kata Presiden Prabowo dalam pidato perdana usai pelantikan sebagai Presiden ke-8 RI.
"Apakah kita sadar bahwa kemiskinan di Indonesia masih terlalu besar? Apakah kita sadar bahwa rakyat kita dan anak-anak kita banyak yang kurang gizi, banyak rakyat yang tidak dapat pekerjaan yang baik. Banyak sekolah-sekolah kita yang tidak terurus. Saudarasaudara, kita harus berani melihat ini semua dan kita harus berani menyelesaikan masalah ini semua." "Saya mengajak kita semua, marilah kita berani melihat kenyataan.
Kita boleh bangga dengan prestasi kita, tapi marilah kita jangan tertegun, jangan terlalu cepat puas dan gembira dengan menutup mata dan hati terhadap tantangan- tantangan dan penderitaan saudara-saudara kita." "Kita tidak boleh memiliki sikap seperti burung unta, kalau melihat sesuatu yang tidak enak memasukkan kepalanya ke dalam tanah."
Tidak Manipulatif
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Airlangga, Surabaya, Aribowo, mengatakan, pemerintahan yang baru harus memastikan capaian dan angka-angka statistik dalam pembangunan valid dan tidak manipulatif, karena itu memiliki peran strategis dalam menentukan arah pembangunan selanjutnya.
Normatifnya, statistik di negara mana pun digunakan sebagai landasan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya. "Angka-angka statistik yang manipulatif biasanya sering disajikan di negara-negara Eropa timur dan Korea Utara.
Masukannya agar ke depan ini pemerintah memastikan supaya data statistik yang dipakai benar-benar valid, tidak manipulatif," katanya. Dikatakan, karena statistik menjadi tolak ukur apakah suatu program berjalan sesuai target atau malah sebaliknya.
Pemerintah harus memastikan apakah capaian dalam statistik sesuai dengan yang berkembang di masyarakat, dan seperti kenyataan di lapangan. Kalau ada gap, berarti ada dua kemungkinan, angkanya manipulatif atau yang pekerjaan yang dilakukan tidak berjalan dengan benar. "Artinya apa yang dikerjakan belum sesuai dengan kebutuhan. Jadi harapannya angka- angka yang disuguhkan sebagai landasan kebijakan ke depan harus sesuai dengan realita di masyarakat," tuturnya.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Eko S, Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
Berita Terkini
- CEO Nvidia Jensen Huang Sebut 'Era AI telah Dimulai'
- Messe Duesseldorf Ajak Industri Plastik dan Karet Indonesia Akselerasi Penerapan Industri Hijau Melalui Pameran K
- Edukasi Pentingnya Nutrisi Toko Susu Hadirkan Area Permainan
- Survei Indikator: Pemilih KIM Plus Banyak Menyeberang ke Andika-Hendi di Pilgub Jateng
- Tiga Merek Baru Mobil Listrik Buatan Tiongkok Resmi Diluncurkan di Indonesia