Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Jangan Asal Kenyang, Mengubah Kebiasaan Makan Nasi dengan Kuah di Pedalaman Kalbar

Foto : ANTARA/ Indita Wulandari

Sukarwlawan dan para peserta Pos Gizi Dashat menghadiri kegiatan Hari Gizi Dashat di Posyandu Desa Manding, Kecamatan Pinoh Utara, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, Kamis (18/7).

A   A   A   Pengaturan Font

Melawi - Tia, perempuan berbaju biru motif bunga, terus menyunggingkan senyum cerianya meski cahaya Matahari siang itu terasa memanggang Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat.

Ibu 28 tahun ini mengaku senang lantaran anaknya yang belum genap berusia 24 bulan, berat badannya berhasil naik hanya dalam 12 hari.

"Sebelumnya, berat anak saya 7,6 kilogram. Setelah 12 hari (mengikuti program) menjadi 8 kilogram," ujar Tia, medio Juli lalu.

Bagi bocah di bawah 3 tahun, berat badan menjadi salah satu tolok ukur pertumbuhan anak. Jadi, wajar saja Tia berbahagia melihat kenaikan bobot buah hatinya itu.

Selama 2 bulan berturut-turut mengikuti penimbangan di pos pelayanan terpadu (posyandu) di Desa Manding, berat badan anak laki-laki Tiaitu tidak naik. Padahal, putranya terpantau tidak memiliki keluhan kesehatan selama jangka waktu tersebut.

Perempuan berambut panjang itu lalu mendapat rekomendasi agar mengikuti Pos Gizi dan Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) dari kader posyandu desa.

Program Pos Gizi merupakan pemberian makanan tambahan bagi bayi di bawah dua tahun (baduta) selama 12 hari.

Sementara Program Dashat diikuti oleh orang tua baduta, yang akan diberikan edukasi berupa materi maupun praktik pengolahan makanan.

Kedua gerakan untuk menurunkan angka stunting di Indonesia itu dibentuk oleh konsorsium beranggotakan United States Agency for International Development (USAID), Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (Amman), PT Bank Central Asia Tbk, Yayasan Bakti Barito, serta mitra pelaksana Wahana Visi Indonesia (WVI).

Konsorsium ini juga menjadi mitra Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam menerapkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.

Membangun perilaku tepat dalam pemberian pangan bagi anak menjadi salah satu target Program Pos Gizi Dashat di Kabupaten Melawi.

Alasannya, orang tua di daerah tersebut memiliki kebiasaan memberikan makanan hanya berupa nasi dan kuah kepada anak-anaknya.

Perilaku itu rentan dialami anak-anak di 57 desa yang tersebar di tiga kecamatan di kabupaten dengan waktu tempuh 10 jam dari kota Pontianak, menggunakan mobil.

Fakta ini didapatkan dari kajian yang dilakukan Partnership to Accelerate Stunting Reduction in Indonesia (Pasti), program pendukung penurunan stunting di Indonesia.

"Biasanya kita lihat orang tua hanya kasih nasi sama kuah di sini. Karena selama ini pikirannya, yang penting anakku kenyang," terang Ketua Pelaksana Program Pasti dr. Maria Adrijanti, M.Kes.

Melawi juga termasuk dalam kategori 10 kabupaten dengan angka prevalensi stunting tertinggi, yakni sebesar 44,1 persen, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia pada 2022.

Walaupun Survei Kesehatan Indonesia pada 2023 menunjukkan penurunan prevalensi stunting di Melawi, yakni menjadi 35,3 persen, angka tersebut masih berada jauh dari target prevalensi tengkes yang dicanangkan Pemerintah, yaitu sebesar 14 persen.

Penurunan tersebut juga masih berada dalam kategori "prevalensi sangat tinggi" menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Oleh karena itu, para orang tua yang tinggal di Kabupaten Melawi sangat perlu didampingi dalam mengupayakan pengurangan angka stunting yang berkelanjutan, terutama dalam penyediaan panganan bagi anak.

Penerima manfaat Pos Gizi Dashat, Tia, menjelaskan intervensi stunting melalui pelatihan memasak menjadi kegiatan favoritnya.

Sebelumnya, ia selalu menyandingkan bubur dan sayur dengan kulit dan daging ayam saja. Menu tersebut diberikan berulang-ulang untuk bayinya.

Namun, berkat adanya transfer ilmu memasak yang disediakan Pos Gizi Dashat, Tia kini bisa mengganti lauk dan variasi sayuran dalam makanan putra bungsunyaitu.

Menu-menu yang diajarkan dinilai Tia sangat mudah dan bergizi. Bahannya tidak asing, bisa beli di pasar, bahkan beberapa bisa mengambil dari lingkungan sekitar.

Sukarelawan Pos Gizi Dashat, Maria Tresia, mengatakan gerakan tersebut memang memanfaatkan bahan-bahan makanan lokal bergizi yang ada di masyarakat.

Perkiraan biaya yang diperlukan untuk membuat satu porsi makanan lokal padat gizi dengan 600 kalori dan berat 250 gram sekitar Rp10.000 hingga Rp15.000.

Program tersebut juga turut membangun pemahaman orang tua mengenai pola pengasuhan pada bayi dan anak.

Menurut Tresia, pengentasan masalah stunting dengan solusi mudah dan murah menjadi prinsip yang diterapkan sehingga praktik itu dapat diteruskan oleh masyarakat saat programnya berakhir.

Bahkan, pengasuhan dan pemberian makanan dari program tersebut juga dianggap bisa diterapkan pada bayi dan anak dari keluarga kurang mampu. Tentu saja dengan tujuan agar anak dan bayinya tetap sehat dan tumbuh terbebas dari kekerdilan.

Sampai saat ini, salah satu provinsi di mana organisasi Pasti berhasil menjangkau baduta terbanyak adalah Kalimantan Barat.

Berdasarkan hasil data monitoring implementasi lembaga itu pada tahun 2023, ada 905 baduta di Kalimantan Barat telah dijangkau melalui intervensi Pos Gizi Dashat. Salah satu kabupaten yang memiliki baduta terbanyak di Kalimantan Barat adalah Melawi.

Hingga Juli 2024, organisasi tersebut telah menjalankan program Pos Gizi Dashat bagi 2.517 baduta berisiko stunting. Jumlahnya akan terus bertambah hingga program berakhir pada 2027.

Hasilnya, per Juli 2024, sekitar 77 persen baduta peserta Pos Gizi Dashat mengalami kenaikan berat badan sesuai standar minimal, yakni 200 gram selama 12 hari mengikuti program.

Analis Kebijakan Ahli Muda Direktorat Analisis Dampak Kependudukan BKKBN Yusna Afrilda turut mendukung pelaksanaan Pos Gizi Dashat di area Kalimantan Barat.

"Intervensi Pos Gizi Dashat dapat menjadi contoh tentang pentingnya model intervensi yang memberdayakan masyarakat untuk mengubah perilaku dalam menyediakan makanan bergizi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya," kata dia.

Yusna berharap program tersebut dapat direplikasidi daerah-daerah lain sehingga menjangkau lebih banyak anak yang membutuhkan.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top