Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Tokoh Inspirasional - Indonesia Alami Krisis dalam Sikap Saling Menghargai

Jakob Oetama Dapat Penghargaan Achmad Bakrie

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Penghargaan Achmad Bakrie diharapkan mampu memotivasi anak-anak bangsa untuk terus berjuang menghasilkan karya-karya terbaik mereka bagi masyarakat.

JAKARTA - Pendiri Harian Kompas, Jakob Oetama mendapat Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) XVII tahun 2019. Penghargaan Achmad Bakrie merupakan tradisi penganugerahan kepada para tokoh inspirasional yang telah berjasa bagi kehidupan bangsa Indonesia. Selain Jocob, ada tiga tokoh lain yang juga mendapat penghargaan ini.

"Tokoh-tokoh yang dipilih adalah insan-insan terbaik dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan, serta mereka yang telah membaktikan hidupnya di bidang kemanusiaan," kata Ketua Pelaksana PAB XVII, Ardiansyah Bakrie, di Jakarta, Rabu (14/8).

Menurut Ardiansyah, ketiga tokoh lain yang mendapat Penghargaan Achmad Bakrie XVII tahun 2019 adalah Ashadi Siregar untuk bidang sastra populer, Anawati untuk bidang sains, dan Anna Alisjahbana untuk bidang kedokteran.

Karya Inspiratif

Ardiansyah berharap, acara penghargaan yang sudah masuk tahun ke-17 ini, dapat menghasilkan karya inspiratif yang manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat. Acara ini digelar dalam rangka 74 tahun Kemerdekaan Indonesia.

Menurut Ardiansyah, Jakob Oetama dengan kecerdikan visionernya membangun jurnalisme kepiting yang memungkinkan Kompas bertahan sebagai pilar demokrasi keempat di tengah iklim politik yang otoriter sekaligus kelompok usaha yang dinamis di tengah situasi ekonomi yang tak menentu.

Jakob yang diwakili Direktur Kompas TV, Richard Bagun sangat mengapresiasi acara penghargaan ini. Karena, katanya, terdapat makna yang berlipat-lipat, lantaran diberikan di tengah krisis penghargaan di Indonesia.

"Bangsa kita sekarang ini mengalami krisis besar dalam sikap saling menghargai. Belakangan ini ujaran kebencian dan fitnah lebih besar dari kebajikan. Pencarian sebuah makna agar negara ini bisa menjadi lebih kuat, pikirannya lebih terbuka dengan saling menghargai," kata Richard.

Untuk Ashadi Siregar, tambah Ardiansyah, merupakan figur yang mempunyai peran vital dalam perkembangan sastra populer Indonesia sejak dekade 70-an. Lewat trilogi Cintaku di Kampus Biru (1974), Kugapai Cintamu (1974), dan Terminal Cinta Terakhir (1975), dia berhasil membuka babak baru penulisan novel populer di negeri ini.

Untuk Anawati, tambah Ardiansyah, sebagai ilmuwan dia rela meninggalkan gemerlap karier dan gemericing mata uang Euro karena melihat kualitas air minum pedesaan di Sumbawa hampir terkontaminasi logam berat. Risetnya tentang tubular anodic aluminium oxide (AAO) dan gagasannya memanfaatkan teknologi pelapis bahan lokal, telah membantu masyarakat Sumbawa.

Sedangkan Anna Alisjahbana, tambah Ardiansyah, menonjol pada dedikasinya memperbaiki mutu sumber daya manusia Indonesia dengan membangun berbagai program berskala nasional yang terbukti ampuh. Semua itu untuk memastikan keselamatan dan kesehatan ibu hamil, bayi, dan anak usia dini.

Penghargaan Achmad Bakrie merupakan tradisi penganugerahan kepada para tokoh inspirasional yang telah berjasa bagi kehidupan bangsa Indonesia. Selama kurun waktu tujuh belas tahun berturut-turut, penghargaan Achmad Bakrie telah diberikan kepada 76 penerima yang terdiri dari 72 individu dan 4 lembaga.

"Tahun 2019 ini adalah tahun ke-17 Yayasan Achmad Bakrie memberikan Penghargaan Achmad Bakrie kepada anak bangsa yang telah menuangkan pikirannya dalam menghasilkan karya inspiratif yangmanfaatnya dapat dirasakan masyarakat. Semoga penghargaan ini juga mampu memotivasi anak-anak bangsa untuk terus berjuang menghasilkan karya-karya terbaik mereka bagi masyarakat." ujar Ardiansyah Bakrie. n ola/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Yolanda Permata Putri Syahtanjung

Komentar

Komentar
()

Top