Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Jakarta Banjir Lagi

A   A   A   Pengaturan Font

Banjir ternyata masih menjadi ancaman serius warga Jakarta. Padahal, sejumlah upaya telah dilakukan. Tapi, apa daya, banjir telah memakan korban dan membuat susah warga. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebenarnya tidak tinggal diam.

Selain telah melakukan berbagai pencegahan maupun penanggulangan, juga mengambil langkah jangka pendek, menengah, dan panjang menangani banjir.

Soalnya kemudian, ternyata penanggulangan banjir Jakarta bukan sekadar kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dibutuhkan konsep menyeluruh yang tak lengang diterjang waktu.

Ini artinya, tak hanya Jakarta, kawasan di sekitarnya termasuk pemerintah pusat harus pula duduk bareng menanggulangi banjir terus-menerus ini. Harus ada yang bertanggung jawab.

Jakarta kini mengeluarkan konsep berbeda, yakni naturalisasi sungai. Konsep ini mau menahan air sebanyak-banyaknya. Sungai-sungai disesuaikan dengan kapasitasnya. Entah apa bedanya antara naturalisasi dan normalisasi sungai.

Terpenting, kedua konsep itu memiliki anggaran cukup. Hanya, efektivitas dan manfaatnya untuk menanggulangi banjir, tak ada yang bisa memastikan.

Toh, banjir masih terus mengancam setiap musim hujan. Seharusnya semua menyadari, selain buruknya kondisi drainase, ternyata ada beberapa penyebab lain yang membuat Jakarta rawan banjir. Di antaranya kondisi tanah jenuh sehingga tak mampu menyerap guyuran air.

Ini ditambah buruknya saluran menyebabkan air meluber lalu merendam permukiman dan jalan. Banjir kiriman dari hulu juga menjadi salah satu faktor Jakarta rentan banjir.

Ketika kawasan Puncak, Bogor hujan lebat, volume air sungai meningkat dan mengalir deras ke hilir. Kondisinya semakin mengkhawatirkan karena daerah aliran sungai menyempit akibat okupasi permukiman padat.

Hal ini membuat kapasitas daya tampung sungai berkurang. Ketika hujan lebat, air sungai meluap membanjiri permukiman. Tak cuma itu, banjir juga disebabkan saluran air kota yang buruk lantaran tersumbat sampah.

Ini terjadi karena pemeliharaan saluran dan kebiasaan masyarakat membuat sampah sembarangan saling beriringan sehingga baru menyadari ketika banjir datang. Jakarta semakin sulit terhindar banjir karena permukaannya lebih rendah dari laut.

Terbukti saat rob atau air pasang, banjir selalu datang menerjang kawasan pesisir. Bayangkan, jika di hulu sungai hujan, kondisi daerah aliran sungai menyempit, drainase buruk karena terhambat sampah. Sementara itu, laut air pasang, sudah bisa dipastikan Jakarta terendam banjir. Sebenarnya, keadaan Jakarta yang sudah bertahun-tahun terancam banjir ini tak perlu berulang masalahnya.

Sebab, setiap tahun selalu dilakukan pencegahan dan penanggulangan. Bahkan, setiap pemimpin Jakarta membawa konsep penanganan banjir.

Nah, belakangan agaknya mulai berkurang perhatian pada penanggulangan banjir. Seolah-olah, jika ada yang kebanjiran dan mengungsi, sebagai hal lumrah, seperti selama ini terjadi.

Kita berharap, penanggulangan banjir Jakarta bukan sekadar ada di pos anggaran. Mesti ada rencana dan konsep yang berkelanjutan. Artinya, kebijakan sebelumnya mesti dilanjutkan sehingga benar-benar terbangun sebuah konsep penanggulangan banjir.

Untuk itu, mereka yang tidak paham penanggulangan banjir seharusnya tidak perlu mengada-ada atau seolah-olah tahu. Sebab, pernyataan yang disampaikan bakal tidak sesuai dengan ilmu penanggulangan banjir. Aneh, bertahuntahun bicara mengatasi banjir, selama itu pula tidak ada jalan keluarnya.

Sebaiknya, serahkan pada ahlinya. Jadi, upaya penanggulangan banjir bukan sekadar bahan diskusi, namun perlu tindakan penyelesaian masalah secara berkelanjutan.

Komentar

Komentar
()

Top