Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Jakarta Akhir pekan

A   A   A   Pengaturan Font

Sepanjang 4 Agustus - 9 September 2018, SIPFest menampilkan sejumlah karya seniman dari Australia, Belgia, Indonesia, Iran, Kanada, Malaysia, Prancis, dan Taiwan. Di festival kali ini tak ada tema yang ditentukan.

"Sebenarnya kita tidak menentukan tema di pertunjukan tertentu. Untuk tari, yang kita pilih adalah koreografer yang dianggap menonjol dan punya masa depan yang menurut kami penting dicapai. Tentu kita memeriksa, Otniel dianggap koreografer muda dan kita tahu dia berasal dari Banyumas," ujar Nirwan Dewanto salah seorang kurator Komunitas Salihara sekaligus Direktur SIPFest saat jumpa pers di Komunitas Salihara, Jakarta Selatan.

Festival yang digelar sejak 2008 itu awalnya bernama Festival Salihara dan sejak 2016 namanya rebranding menjadi SIPFest. Komunitas Salihara pun berkomitmen untuk menyelenggarakan pertunjukan yang tak hanya berkualitas dan edukatif tapi memberikan kesan 'sip'.

"Ada satu produksi yang kita tentukan temanya. Kita mau bicara Sutan Sjahrir di dalam Indonesia hari ini banyak yang menghadapi fundamentalisme. Yang saat revolusi Indonesia itu ada seorang tokoh yang serius untuk melawan ini semua. Dan sosok Sutan Sjahrir kami angkat ke panggung teater," tambah Nirwan.

SIPFest 2018 menghadirkan para penampil internasional. Di antaranya adalah kelompok Lucy Guerin Inc, Quatuor Bozzini (bersama empat komponis Indonesia Marissa Sharon Hartanto, Arham Aryadi, Stevie Jonathan Sutanto dan Matius Shanboone), Ju Percussion Group, Quasar Quatuor de Saxophones, Toccata Studio, Five Arts Centre, Compagnie X-Press, Ayelen Parolin, naskah Nassim Soleimanpour yang akan tampil dalam SIPFest 2018.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top