Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Komoditas Perdagangan Kuno

Jadi Koleksi Kerajaan-kerajaan di Eropa

Foto : AFP
A   A   A   Pengaturan Font

Orang Eropa pada awalnya membeli beberapa porselen Tiongkok dari Kekaisaran Ottoman atau Utsmaniyah di Turki. Namun sayangnya porselen tersebut tidak memenuhi selera Eropa.

Orang Eropa pada awalnya membeli beberapa porselen Tiongkok dari Kekaisaran Ottoman atau Utsmaniyah di Turki. Namun sayangnya porselen tersebut tidak memenuhi selera Eropa. Saat itu porselen Tiongkok dalam jumlah besar menjadi koleksi Kerajaan Tabriz timur Azerbaijan, Damaskus, dan Kairo. Istana Turki Utsmaniyah, Topkapi, memiliki koleksi porselen Tiongkok terbesar di luar Tiongkok. Para pengunjung Eropa ke Istanbul pada abad kelima belas dan ke-16 tercatat pernah membeli porselen Tiongkok di sana.

Koleksi porselen awal ini memiliki warna biru-putih yang dianggap sebagai barang antik dan benda seni langka, dan sering kali dipasang pada logam mulia. Sedangkan porselen ekspor Tiongkok umumnya bersifat dekoratif tetapi tanpa makna simbolis dan diproduksi hanya untuk pasar dalam negeri Tiongkok.

Pada abad ke-16, para pedagang Portugis mulai mengimpor porselen biru dan putih dari akhir Dinasti Ming ke Eropa, yang mengakibatkan pertumbuhan perdagangan porselen. Pada tahun 1602 dan 1604, dua muatan porselen Portugis direbut oleh Belanda dan dijual di pelelangan. Peristiwa ini memicu minat orang Eropa terhadap porselen dimana termasuk salah satu pembelinya adalah raja dari Inggris dan Prancis.

Setelah itu, sejumlah negara Eropa mendirikan perusahaan dagang dengan negara-negara Asia timur, yang paling signifikan untuk porselen adalah Perusahaan Hindia Timur Belanda atauVereenigde Oostindische Compagnie(VOC). Antara 1602 dan 1682, VOC menjual antara 30 hingga 35 juta keping porselen ekspor Tiongkok dan Jepang.

Meski Dinasti Ming jatuh pada 1644, perdagangan porselen tetap berlanjut hingga pertengahan abad ke-17. Namun perang saudara mengganggu produksi porselen. Para pedagang Eropa kemudian beralih ke porselen dari Jepang, meskipun sebagian besar masih diperdagangkan melalui pelabuhan Tiongkok.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top