Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Isu Suap dan Kondisi Timnas

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Tampaknya masyarakat Indonesia semakin jauh untuk bisa memiliki sebuah timnas sepak bola yang berkualitas. Kondisinya malah semakin menyedihkan dan terpuruk. Timnas yang berlaga di Piala AFF di ujung tanduk. Main tiga kali saja sudah dua kali kalah, 0-1 dari Singapura dan 2-4 dari Thailand. Timnas hanya menang lawan tim paling lemah di AFF, Timor Leste 3-1.

Timnas sangat sulit bisa lolos ke semifinal karena amat tergantung hasil kerja orang lain. Ini tentu buah dari persiapan yang tidak serius dan persiapan seadanya. Ini mulai dari tidak adanya pelatih asing yang mau menukangi timnas sehingga ada kesan keterpaksaan atau seadanya dengan menetapkan Bima Sakti sebagai pelatih, mesti tak ada pengalaman.

Keterpurukan kondisi persepakbolaan nasional diperparah dengan kemunculan isu pengaturan skor antara Persib Bandung dan PSMS beberapa waktu lalu saat berakhir 1-0 untuk kemenangan PSMS.

Adalah pelatih Persib, Mario Gomez, yang dikabarkan mengeluarkan tuduhan sejumlah pemain Persib terlibat pengaturan skor. Ini sungguh makin menyedihkan atas situasi persepakbolaan nasional.

Salah satu yang disangkutkan dengan isu ini malah orang yang harus dianut di lapangan, Kapten Persib, Supardi Nasir, dan parahnya menurut isu tersebut di belakang pengaturan skor adalah asisten manajer Persib.

Semoga saja ini hanya isu alias tidak benar adanya. Sebab jika benar, ini sungguh-sungguh memalukan dan sepak bola Tanah Air kembali ke era suap-menyuap dua puluh tahun lalu. Saat itu juga muncul problem sepak bola gajah karena tidak ada integritas dalam bersepak bola.

Mungkinkah ini buah kepengurusan PSSI yang disambi? Sehebat apa pun merangkap jabatan itu tidak baik. Pasti adakalanya salah satu dikorbankan dalam suatu waktu. Karena manusia itu lemah, tak bisa berada di dua tempat sekaligus.

Tapi, manusia sering merasa hebat sehingga harus merangkap jabatan. Apa tidak cukup dengan satu jabatan? Sudah banyak yang mendesak agar Edy R melepas jabatan ketua umum PSSI. Mereka beralasan apa masih kurang setelah menjabat gubernur Sumut, sehingga tak mau melepas PSSI.

Apa sih yang saudara cari? Sudahlah, serahkan PSSI kepada mereka yang lebih paham sepak bola dan punya waktu untuk mengurus sepak bola nasional secara full time. Jangan dianggap mengurus sepak bola Tanah Air yang begitu kompleks, bisa disambi.

Kembali ke kondisi sepak bola nasional kita, sesungguhnya atmosfer masyarakat sudah mulai kembali mencintai timnas. Akan tetapi, karena selalu gagal dan gagal, antusiasme itu bisa menghilang lagi. Lihat saja yang menonton saat Piala AFF ketika timnas menghadapi Timor Leste hanya 8.000-an penonton. Padahal saat timnas U-19 dan U-16 main saja, stadion GBK yang berkapasitas 88.000 penonton, hampir selalu penuh. Bayangkan, yang bertanding timnas senior, tapi penonton hanya segitu!! Mestinya PSSI refleksi, ada apa ini. Pasti ada sesuatu. Tapi itu mungkin belum dilakukan.

Kasihan masyarakat pencinta sepak bola selalu dikecewakan hasil timnas senior. Apalagi hasil di piala AFF ini, bukan tidak mungkin benar-benar terpuruk dan hasilnya bisa sungguh mengecewakan.

Hendaknya pemerintah dan PSSI kembali duduk membahas isu suap tersebut agar tidak sampai merusak kembali kondisi persepakbolaan tanah air. PSSI dan pemerintah perlu mengundang Persib Bandung dan PSMS untuk mencari duduk perkara yang sebenarnya. Hanya dengan duduk bersama dan berbicara dalam suasana dingin, semoga masalahnya bisa dipecahkan. Jika memang ada yang salah harus ditindak. jangan dibiarkan. Jangan sampai atmosfer sepak bola Tanah Air menjadi runyam. Kehadiran pemerintah jangan dilihata sebagai intervensi, tetapi merupakan tanggung jawab negara untuk ikut membenahi kondisi sepak bola Tanah Air.

Komentar

Komentar
()

Top