Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konflik Timur Tengah

Iran Sebut Armada Eropa akan Provokatif

Foto : AFP/ALEX HALADA

Perundingan di Wina l Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi (tengah kanan), duduk berdampingan Sekjen Layanan Aksi Eksternal Uni Eropa, Helga Schmid (tengah kiri), saat digelar pertemuan antara delegasi Iran dan negara-negara penandatangan perjanjian nuklir di Palais Coburg, Wina, Austria, Minggu (28/7). Pertemuan itu digelar untuk menemukan cara menyelamatkan perjanjian setelah AS menarik diri dari perjanjian secara sepihak tahun lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

TEHERAN - Iran pada Minggu (28/7) mengecam proposal Inggris untuk pembentukan misi angkatan laut yang dipimpin Eropa untuk mengawal kapal tanker di Teluk sebagai hal yang provokatif. Kecaman dari Teheran itu dilontarkan di tengah semakin memanasnya ketegangan di kawasan Timur Tengah setelah terjadi serangan dan penahan tanker yang berlayar di kawasan perairan strategis Teluk Persia.

"Kami memandang pengirimam armada Eropa ke Teluk Persia akan membawa pesan permusuhan, bersifat provokatif dan akan meningkatkan ketegangan," kata juru bicara pemerintah Iran, Ali Rabiei.

Sebelumnya Inggris pada awal pekan lalu mengatakan bahwa pihaknya merencanakan pasukan yang dipimpin Eropa untuk mengawal kapal tanker melalui jalur pengiriman minyak tersibuk di dunia dalam menanggapi penyitaan Iran atas kapal berbendera Inggris pada 19 Juli. London pada Kamis (25/7) lalu, memerintahkan angkatan lautnya untuk mengawal kapal-kapal berbendera Inggris yang melalui Selat Hormuz, tempat Stena Impero ditangkap oleh Korps Pengawal Revolusi Islam Iran.

Penyitaan Stena Impero terjadi dua minggu setelah pemerintah Inggris menahan sebuah kapal tanker Iran, Grace 1, dari wilayahnya di luar negeri Gibraltar dengan tuduhan pihaknya melanggar sanksi Uni Eropa terhadap Suriah.

Dalam komentarnya, Rabiei mengatakan Iran meyakini keamanan di Teluk harus dijaga oleh negara-negara di kawasan itu. "Kami adalah agen keamanan laut terbesar di Teluk Persia," kata Rabiei, dikutip oleh kantor berita ISNA.

Presiden Iran, Hassan Rouhani, yang juga menanggapi isu ini mengatakan bahwa kekuatan seperti itu hanya akan memperburuk keadaan. "Kehadiran pasukan asing tidak akan membantu keamanan kawasan dan akan menjadi sumber utama ketegangan," kata Presiden Rouhani.

Selamatkan Perjanjian

Pada bagian lain dilaporkan bahwa negara-negara penandatangan perjanjian nuklir dengan Iran yang tersisa, telah bertemu di Wina pada Minggu untuk mencoba lagi menemukan cara menyelamatkan perjanjian setelah Amerika Serikat (AS) menarik diri dari perjanjian secara sepihak tahun lalu dan kembali menjatuhkan sanksi terhadap Teheran.

Utusan dari Inggris, Prancis, Jerman, Tiongkok, Russia, dan Iran, bertemu kembali setelah sebulan lalu pertemuan serupa gagal mencapai terobosan.

Ketegangan antara Teheran dan Washington DC telah meningkat sejak tahun lalu ketika Presiden AS Donald Trump menarik diri dari perjanjian yang bertujuan mengekang program nuklir Iran, dan menjatuhkan sanksi hukuman.

Sebagai pembalasan, Iran mengatakan pada Mei lalu bahwa mereka akan mengabaikan batas-batas tertentu perjanjian yang ditetapkan pada program nuklirnya dan mengancam akan mengambil tindakan lebih lanjut jika pihak-pihak yang tersisa dalam perjanjian itu, terutama negara-negara Eropa, tidak membantunya menghindari sanksi AS. ang/AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top