Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Timur Tengah I Tehran Ancam Lakukan Perang Ekonomi dengan Washington DC

Iran Bertekad Kalahkan AS

Foto : AFP/Eugene Hoshiko

Pertemuan Antar Menlu l Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif (kiri), menjabat tangan Menteri Luar Negeri Jepang, Taro Kono, saat pertemuan mereka di kediaman resmi PM Jepang di Tokyo, Kamis (16/5). Kedua menlu itu bertemu untuk membahas ketegangan di Timur tengah yang semakin memanas.

A   A   A   Pengaturan Font

Ketegangan antara AS-Iran hingga saat ini belum mereda. Menghadapi tekanan dari AS, pemerintah Iran menyatakan siap melakukan perang ekonomi untuk mengalahkan AS.

TEHRAN - Menteri Pertahanan Iran, Amir Hatami, bertekad bahwa negaranya akan memaksa Amerika Serikat (AS) untuk menelan kekalahan lewat "perang ekonomi" dengan Iran. Pernyataan Hatami itu disampaikan di hadapan para veteran Pasukan Garda Revolusi Iran pada Rabu (15/5) di tengah ketegangan yang terus meningkat antara Tehran dengan Washington DC, sejak Presiden Donald Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir 2015.

Ketegangan hubungan AS-Iran telah mengalami eskalasi dalam sepekan terakhir, setelah Washington DC mengumumkan telah meningkatkan kehadiran kekuatan militernya di kawasan Teluk karena menuding Iran merencanakan ancaman serangan terhadap kepentingan-kepentingan AS dan sekutunya.

"Iran akan sekali lagi memaksa AS menelan kepahitan atas kekalahan pahit," kata Hatami.

Sementara itu Presiden Iran, Hassan Rouhani, mengutuk sanksi AS terhadap negaranya dengan mengatakan apa yang telah dilakukan Negara Paman Sam itu adalah sebuah kejahatan atas kemanusiaan. Rouhani pun menuduh AS mengganggu mata pencaharian, pasokan makanan dan obat-obatan bagi warga Iran.

"Perang ini tidak melawan pemerintah Republik Islam Iran, tapi melawan bangsa Iran," kata Presiden Iran itu.

Sementara itu di AS, Presiden Trump meramalkan bahwa Iran akan segera ingin bernegosiasi dan membantah para kritikus bahwa langkah tegas terhadap Iran bisa mengarah pada terjadinya peperangan di kawasan Timur Tengah.

"Saya yakin Iran akan segera ingin berbicara," cuit Trump di media sosial Twitter.

Pernyataan Trump di media sosial dilontarkan setelah sebelumnya AS memerintahkan kepulangan sebagian staf diplomat mereka di di Irak setelah ada klaim ancaman dalam waktu dekat dari milisi Irak yang memiliki hubungan dengan Iran.

Kecam Eskalasi

Pada bagian lain, Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, pada Kamis (16/5) menyatakan bahwa negaranya telah sekuat tenaga menahan diri dan berkomitmen terhadap kesepakatan nuklir, meskipun AS menarik diri dari perjanjian penting.

"Peningkatan eskalasi sanksi dari AS tidak dapat kami diterima," kata Menlu Zarif saat berada di Tokyo, sebelum mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Jepang, Taro Komo. "Kami menahan diri maksimum terlepas dari kenyataan bahwa AS telah menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 pada Mei lalu," imbuh dia.

Pernyataan Menlu Zarif itu disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah yang memicu kekhawatiran bahwa bakal terjadi konflik antara AS dan Irak.

Sejak Presiden Trump tahun lalu menarik AS dari kesepakatan nuklir 2015, kini Washington DC telah kembali menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran guna mencekik perekonomian mereka dengan mengakhiri penjualan internasional minyak mentah miliknya.

Jepang yang merupakan pengimpor utama minyak Iran selama beberapa dekade sebelum dijatuhi sanksi, akan mengalami masalah pasokan energi jika sanksi baru AS diterapkan. Oleh karena itu Menlu Zarif berada di Jepang untuk membahas kesulitan yang akan dialami jika ketegangan antara AS dan Iran terus berlanjut. ang/AFP/Ant/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP, Antara

Komentar

Komentar
()

Top