Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis

Investor Perlu Berhati-hati Beli Saham Unicorn

Foto : ANTARA/Dea N Zhafira

Ilustrasi - Tingkatan valuasi startup.

A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Investor ritel di pasar modal diminta tetap berhati-hati dalam berinvestasi pada saham perusahaan rintisan berbasis teknologi digital dengan valuasi lebih dari 1 miliar dollar AS atau disebut unicorn, karena memiliki karakteristik bisnis yang berbeda perusahaan lainnya.

"Kita harus berhati-hati sebelum membeli saham unicorn. Kalau sudah memutuskan masuk ke saham IPO, apalagi unicorn, potensi fluktuasinya sangat tinggi. Tidak hanya saham unicorn, investor juga harus menyiapkan dana besar sesuai dengan konsekuensi," kata CEO Coffeemeetstock, Theo Derick, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (2/9).

Menurutnya, hadirnya perusahaan unicorn bahkan decacorn menjadi peluang tersendiri bagi investor pasar modal untuk berinvestasi di saham-saham unicorn. Apalagi, fenomena penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) perusahaan unicorn diprediksi akan berkembang ke depannya.

Tetapi, investor harus tetap memperdalam literasi dan edukasi terkait dengan pasar modal sebelum berinvestasi di saham-saham unicorn tersebut.

Dia menjelaskan, perusahaan unicorn memiliki pendekatan yang berbeda dari perusahaan-perusahaan lain yang sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ia menambahkan, perusahaan teknologi digital melihat prospek dan pertumbuhan di masa depan.

Untuk itu tambah Theo, sebelum membeli saham perusahaan unicorn, investor ritel tetap bisa melihat prospektus perusahaan di laman BEI. Selain itu, secara taktikal investor ritel bisa melakukan penyesuaian budget sekitar 10-20 persen dari dana investasi untuk belajar dan melihat perkembangan dan mendukung perusahaan teknologi digital di Indonesia.

"Setelah dana anggaran sudah tersedia, kemudian lihat performanya perusahaan dalam setahun. Setelah laporan keuangan perusahaan diumumkan, maka bisa dilanjutkan dengan penilaian terhadap bagaimana perusahaan mengelola dana hasil IPO, apakah akan menambah investasi atau tidak," katanya.

Sebelumnya, pada Selasa (10/8), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan beberapa perusahaan startup berstatus unicorn dan decacorn dalam waktu dekat akan melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia.

Perusahaan startup yang telah berhasil melakukan IPO adalah PT Bukalapak dengan melepas sahamnya sebanyak 25,7 miliar saham dengan total nilai IPO sebesar Rp21,9 triliun.

Menurut catatan, setelah Bukalapak, perusahaan GoTo yang merupakan entitas gabungan Gojek dan Tokopedia dikabarkan akan menyusul untuk melakukan IPO pada tahun 2021. Selain GoTo yang berstatus decacorn, empat unicorn dan lima centaur (calon unicorn) juga disebut tengah bersiap melantai juga di bursa antara lain Traveloka, JD.ID, J&T Express, dan OVO.

Sementara jumlah perusahaan centaur mencapai 27 perusahaan beberapa di antaranya adalah Halodoc, Dana, Modalku, Ralali, Akulaku, Kredivo, dan Blibli.

Decacorn merupakan perusahaan startup yang memiliki valuasi 10-100 miliar dollar AS. Sedangkan unicorn adalah perusahaan startup yang memiliki valuasi 1-10 miliar dollar AS, dan centaur adalah perusahaan startup dengan valuasi 100 juta dollar AS sampai 1 miliar dollar AS.

Baca Juga :
IHSG Rawan Terkoreksi


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top