Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Fenomena Astronomi

Investigasi Modern Terus Dilakukan

Foto : NASA
A   A   A   Pengaturan Font

Catatan-catatan kuno dari para ilmuwan di zaman itu tentang Supernova 1006 (SN 1006) mendorong para ilmuwan pada abad ke-20 melakukan penyelidikan. Beberapa dari mereka kemudian mulai menyelidiki catatan ini untuk menentukan tingkat kecerahan supernova ini dan menemukan sisa-sisanya di langit.

Di antara para astronom tersebut, karya Frank Winkler adalah yang paling meyakinkan. Pada tahun '70-an, ahli astrofisika Middlebury College itu mempunyai kesempatan untuk mempelajari data satelit tentang emisi sinar-X dari luar angkasa, dan dia ingin melihat apakah dia dan murid-muridnya dapat menggunakan data ini dan data lainnya untuk menemukan sisa-sisa SN 1006.

Sebuah tim astrofisikawan Inggris dan Australia menggunakan data Ibnu Ridwan pada 1977 untuk mempersempit wilayah langit tempat terjadinya supernova. Meskipun catatan dari Swiss menetapkan batas utara visibilitas supernova, hanya Ibnu Ridwan, jelas Winkler, yang memberikan posisinya dengan jelas.

Posisi SN 1006 terus disampaikan sepanjang ekliptika, yaitu jalur yang diikuti planet-planet melalui langit. Winkler dan murid-muridnya menyisir data sinar X untuk mencari sumber emisi di area yang tepat.

Itu adalah awal dari ketertarikan Winkler terhadap SN 1006. Penelitian Winkler berfokus pada jaraknya dari Bumi, kecerahannya, dan material yang dikeluarkan bintang yang meledak ke luar angkasa. Dia mempelajari komposisi sisa-sisa tersebut, namun pada 2003 dia dapat memperoleh perkiraan jarak yang lebih tepat dari Bumi dibandingkan sebelumnya.

Cara menemukan jarak dengan membandingkan serangkaian gambar digital yang diambil pada era '80-an dan '90-an. Perkiraannya bahwa jaraknya hanya 7000 tahun cahaya dari Bumi diterima secara luas.

Para astronom juga mengukur kecerahan atau magnitudo dengan menggunakan skala logaritmik di mana bintang yang lebih terang memiliki angka yang lebih rendah. Dengan menggunakan pengetahuan mereka tentang SN 1006 dan jaraknya dari Bumi, Winkler dan timnya menghitung kecerahan maksimumnya pada magnitudo -7,5.

Perhitungan kecerahan itu sesuai dengan perkiraan Ibnu Ridwan dan menjadikannya supernova paling terang dalam sejarah. "Itu sekitar seratus kali lebih terang dari Jupiter," kata Winkler, atau 250 kali lebih terang dari Sirius, bintang paling terang di langit.

Sementara itu para peneliti dari Universitas Barcelona, Institut Astrofisika Canaria, dan CSIC menemukan bahwa penggabungan 2 bintang katai putih merupakan penyebab terjadinya supernova tahun 1006 ini. Penemuan itu telah diterbitkan dan menjadi sampul depan majalah ilmu pengetahuan Nature edisi 27 September 2012.

Dari penemuan tersebut, mereka mengetahui bahwa ledakan termonuklir yang dihasilkan mengeluarkan seluruh materi sehingga tidak meninggalkan jejak satupun dari kedua bintang tersebut. Namun, penelitian lebih lanjut menguak bahwa katai putih pendahulunya tidak memiliki pasangan bintang. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top