Inspirasi Bagi Masyarakat Yunani
Foto: IstimewaHasil seni yang bisa dilihat dari peradaban Mycenae diekspresikan dalam lukisan pada dinding (fresco), tembikar, dan perhiasan. Para Minoa atau masyarakat bangsa itu cinta pada bentuk-bentuk alami dan desain yang mengalir.
Pengrajin Mycenae memiliki kecenderungan representasi yang lebih skematis. Gaya baru ini nantinya menjadi dominan di seluruh Mediterania atau Laut Tengah. Desain geometris sangat populer, begitu pula motif dekoratif seperti spiral dan mawar.
Bentuk tembikar sangat mirip dengan Minoan dengan tambahan piala yang terkenal danalabastron(guci jongkok) dengan preferensi yang pasti untuk guci besar. Patung-patung hewan terakota dan terutama sosok perempuan berdiri sangat populer, begitu pula patung kecil dari gading, bejana batu berukir, dan perhiasan emas yang rumit.
Lukisan dinding menggambarkan tanaman, griffin atau hewan mitologi bertubuh singa berkepala rajawali, banteng melompat, adegan pertempuran, prajurit, kereta, perisai angka delapan, dan perburuan babi hutan, menjadi aktivitas yang tergambar dalam seni Mycenae yang sangat populer.
Terkait agama hanya sedikit yang diketahui secara pasti tentang praktik kepercayaan Mycenae di luar pentingnya pengorbanan hewan, pesta komunal, penuangan persembahan dan persembahan bahan makanan. Kehadiran ukiran kapak ganda dan tanduk konsekrasi dalam seni dan arsitektur menunjukkan hubungan yang kuat dengan agama Minoa, meskipun simbol-simbol ini mungkin diadopsi karena resonansi politiknya.
Fitur arsitektural seperti cekungan cekung dan penggambaran fresco altar mengisyaratkan bahwa aula persegi panjang mungkin memiliki fungsi religius.
Seperti peradaban lain, penguburan adalah ritual penting. Hal itu dibuktikan dengan adanya makam tholos yang monumental, kuburan yang menonjol dan jumlah benda berharga yang dikubur bersama orang mati topeng emas, perhiasan, dan pedang.
Keruntuhan
Menurut para ahli peradaban Mycenae akhirnya runtuh secara bertahap mulai dari 1230 SM sampai 1100 SM, meski hal ini banyak diperdebatkan. Alasannya beberapa situs dihancurkan antara 1250 dan 1200 SM. Hal ini mengantarkan apa yang disebut periodePost-Palatialketika sistem kontrol istana terpusat menurun.
Ada bukti tingkat kehancuran yang berbeda di seluruh lokasi, dan beberapa tempat lolos dari kekacauan sama sekali. Beberapa situs kemudian dihuni kembali tetapi terkadang tampak dalam skala yang lebih kecil dan dengan kekayaan yang lebih sedikit dari sebelumnya, sementara situs lain benar-benar menjadi lebih besar dan lebih makmur dari sebelumnya.
Namun, sekitar 1100 SM, sebagian besar situs Mycenae telah direduksi menjadi desa belaka. Saran dari para sarjana menjelaskan keruntuhan umum budaya Mycenae (dan budaya kontemporer lainnya di Mediterania) disebabkan oleh bencana alam berupa gempa bumi, ledakan gunung berapi, dan tsunami.
Penyebab lainnya adalah kelebihan populasi, kerusuhan sosial dan politik internal, invasi dari suku asing. Perubahan iklim regional atau kombinasi dari beberapa atau semua faktor ini yang kemungkinan juga menjadi penyebabnya.
Dengan berakhirnya peradaban Mycenae secara misterius dan apa yang disebut Keruntuhan Zaman Perunggu di Aegean kuno. Peradaban ini menginspirasi orang-orang Yunani Kuno dan Klasik kemudian dari abad ke-8 SM dan seterusnya hingga periode Zaman Perunggu dilihat sebagai masa emas ketika orang-orang menghormati para dewa, para pejuang lebih berani dan kehidupan pada umumnya tidak terlalu rumit dan lebih baik. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Cagub Khofifah Pamerkan Capaian Pemprov Jatim di Era Kepemimpinannya
- 2 Ini Klasemen Liga Inggris: Nottingham Forest Tembus Tiga Besar
- 3 Cawagub Ilham Habibie Yakin dengan Kekuatan Jaringannya di Pilgub Jabar 2024
- 4 Cagub Luluk Soroti Tingginya Pengangguran dari Lulusan SMK di Jatim
- 5 Cagub Risma Janji Beri Subsidi PNBP bagi Nelayan dalam Debat Pilgub Jatim