Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Inovasi Pembuatan Batu Bata yang Ramah Lingkungan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Sebuah tim riset di dari Australia mengembangkan Batu bata dari tanah liat yang dipadukan dengan biosolid. Batu bata ini dapat menjadi solusi berkelanjutan untuk industri pengolahan air limbah dan pembuatan batu bata yang selama ini menghabiskan jutaan hektar lahan dan proses yang tidak ramah lingkungan.

Biosolids adalah produk sampingan dari proses pengolahan air limbah. Selama ini biosolid banyak digunakan atau dimanfaatkan sebagai pupuk, sebagai proses rehabilitasi lahan atau sebagai bahan konstruksi.

Sekitar 30 persen dari biosolid di dunia ditimbun atau dikirim ke TPA setiap tahunnya. Lalu lebih dari 3 miliar meter kubik tanah liat digali untuk industri pembuatan batu bata secara global. Menggunakan biosolids dalam batu bata menawarkan solusi inovatif untuk tantangan lingkungan ini.

Bagaimana dapat mendaur ulang timbunan lumpur limbah dan meningkatkan keberlanjutan di industri konstruksi, semuanya pada saat yang bersamaan? Jawabannya adalah mengubah biosolids itu menjadi batu bata.

Sekitar 30 persen dari biosolids dunia ditimbun atau dikirim ke TPA setiap tahunya, Tim peneliti di RMIT University di Melbourne, Australia, itulah yang berhasil menunjukan bahwa batu bata berbahan lempung yang dibakar jika digabungkan dengan biosolid dapat menjadi solusi berkelanjutan. Bahan itu bermanfaat untuk industri pengolahan air limbah dan pembuatan batu bata yang ada saat ini.

Diterbitkan di jurnal, Buildings, penelitian mereka menunjukkan bagaimana membuat batu bata biosolid yang hanya membutuhkan sekitar setengah dari energi pada proses pembuatan batu bata konvensional.

Selain lebih murah untuk diproduksi, batu bata biosolids juga memiliki konduktivitas termal yang lebih rendah, mentransfer lebih sedikit panas sehingga berpotensi untuk konsep bangunan dengan kinerja lingkungan yang lebih tinggi.

Amerika Serikat memproduksi sekitar 7,1 juta ton biosolids per tahun, sedangkan UE menghasilkan lebih dari 9 juta ton. Di Australia, 327.000 ton biosolid diproduksi setiap tahun.

Studi ini menemukan ada peluang signifikan untuk menciptakan sebuah peluang untuk pemanfaatan kembali, yakni batu bata.

Sekitar 5 juta ton biosolid yang diproduksi di Australia, Selandia Baru, Uni Eropa, AS, dan Kanada saat ini masuk ke TPA atau di area penimbunan setiap tahun. Menggunakan minimum 15 persen konten biosolid di 15 persen dari batu bata yang diproduksi dapat menghabiskan 5 juta ton ini.

Professor Abbas Mohajerani mengatakan penelitian ini berusaha untuk mengatasi dua masalah lingkungan. Yakni stok biosolids yang melimpah serta penggalian tanah yang selama ini diperlukan untuk produksi batu bata.

"Lebih dari 3 miliar meter kubik tanah liat digali setiap tahun untuk industri pembuatan batu bata secara global, untuk menghasilkan sekitar 1,5 triliun batu bata," kata Mohajerani yang juga merupakan insinyur sipil di Sekolah Teknik RMIT.

"Menggunakan biosolids dalam batu bata bisa menjadi solusi untuk tantangan lingkungan besar ini," kata Mohajerani. "Ini proposal yang praktis dan berkelanjutan untuk mendaur ulang biosolid yang saat ini ditimbun atau akan ditimbun di seluruh dunia," tambah Mohajerani.

Penelitian ini menguji sifat fisik, kimia, dan mekanis dari batu bata lempung-lempung yang menggabungkan proporsi biosolid yang berbeda, dari 10 hingga 25 persen.

Batu bata yang ditingkatkan biosolidnya lulus uji kuat tekan dan analisis menunjukkan logam berat sebagian besar terperangkap di dalam batu bata. Biosolids dapat memiliki karakteristik kimia yang sangat berbeda, sehingga para peneliti merekomendasikan pengujian lebih lanjut sebelum produksi skala besar.

Batu bata biosolids lebih berpori daripada batu bata standar, memberi mereka konduktivitas termal yang lebih rendah.

Penelitian ini juga menunjukkan permintaan energi untuk proses pembakaran batu bata mampu dipangkat hingga 48,6 persen untuk batu bata yang menggunakan 25 persen biosolid. Ini karena kandungan organik dari biosolids dan dapat mengurangi jejak karbon dari perusahaan-perusahaan manufaktur batu bata.

Batu bata biosolids menawarkan pendekatan alternatif berkelanjutan untuk mengatasi dampak lingkungan dari manajemen biosolids dan pembuatan batu bata. nik/berbagai sumber/E-6

Komentar

Komentar
()

Top