Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Indikator Makroekonomi | Inflasi September Diprediksi 1,29% (Mtm) setelah Deflasi 0,21%

Inflasi Kembali Memanas

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Inflasi diperkirakan kembali memanas pada September ini setelah sempat terjadi deflasi pada bulan sebelumnya. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada awal bulan ini ditengarai menjadi pemicu inflasi pada September.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman, memproyeksikan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2022 tumbuh 1,29 persen dibandingkan bulan sebelumnya atau month-to-month (mtm). Proyeksi tersebut didasarkan dari adanya penyesuaian harga pertalite dan solar yang mendorong kenaikan harga jasa transportasi dan distribusi, dan akhirnya memicu kenaikan harga barang dan jasa.

Selain itu, juga didasarkan dari mulai membaiknya sisi permintaan atau demand-pull inflation di tengah pelonggaran mobilitas masyarakat. "Hal ini terutama disebabkan oleh membaiknya permintaan di tengah pelonggaran PPKM," kata Faisal dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (29/9).

Proyeksi tersebut sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia (BI) yang memperkirakan inflasi sebesar 1,1 persen (mtm) pada September lalu. Prediksi tersebut berbalik dari catatan pada Agustus 2022 ketika terjadi deflasi 0,21 persen (mtm).

Lebih lanjut, Faisal memperkirakan inflasi inti akan berada di angka 3,47 persen secara tahunan atau year on year (yoy) pada September 2022, atau naik dari yang sebelumnya di angka 3,04 persen yoy pada Agustus 2022.

Lalu, dia memperkirakan inflasi tahunan (yoy) akan berada di angka 6,08 persen yoy pada September 2022, atau naik dari sebelumnya yang berada di angka 4,69 persen yoy pada Agustus 2022. Kemudian, inflasi tahunan akan berada di angka 6,27 persen yoy pada akhir 2022.

Hal senada juga disampaikan Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), Banjaran Surya Indrastomo. Dia memproyeksikan inflasi akan berada di level 5,78 persen (yoy) pada September 2022.

Dia mengatakan adanya penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) yang berdampak terhadap biaya transportasi dan logistik, sehingga menaikkan harga barang dan jasa akan mempengaruhi inflasi bulan ini. Namun, dia menyebutkan dampak penyesuaian harga BBM terhadap inflasi akan mulai melandai setelah tiga bulan. Dia optimistis inflasi akan terkendali, terutama dengan mulai pulihnya suplai komoditas bahan pangan.

"Dengan bauran kebijakan moneter dan fiskal yang koordinatif, kami optimis inflasi dapat terkendali, terutama dengan mulai pulihnya suplai bahan pangan," kata Banjaran, beberapa waktu lalu.

Pengetatan Lanjutan

Potensi inflasi bulan ini hingga akhir tahun membuka peluang bagi BI memperketat kembali kebijakan moneternya, terutama melalui instrumen kenaikan suku bunga acuan. Faisal Rachman memperkirakan bank sentral masih memiliki ruang untuk menaikkan BI7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) hingga berada di level 5,00 persen. Saat ini, BI7DRR berada di level 4,25 persen.

Meski dapat menekan lonjakan inflasi, kenaikan suku bunga acuan berpotensi menjadi tantangan tersendiri pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasalnya, kenaikan bunga acuan BI akan mengerek suku bunga perbankan yakni simpanan dan kredit sehingga masyarakat akan lebih memilih menyimpan dananya di bank.

Kondisi tersebut bakal menahan konsumsi masyarakat dan investasi sehingga berimbas pada pemulihan ekonomi. Kenaikan suku bunga kredit juga berpotensi mendorong kenaikan biaya pinjaman atau of pelaku usaha atau sektor riil yang akan menahan upaya untuk memperkuat momentum pertumbuhan dan pemulihan.

Meski demikian, ekonom UOB Indonesia, Enrico Tanuwidjaja, optimistis pertumbuhan ekonomi nasional 2022 berada di level lima persen dan berpotensi melambat hingga di level 4,8 persen 2023. "Pertumbuhan ekonomi tahun ini akan didorong oleh permintaan domestik terutama belanja masyarakat dan investasi sekaligus ekspor," ujarnya dalam acara UOB Indonesia Economic Outlook di Jakarta.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top