Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Fluktuasi Harga - Di Riau, Perolehan THR Belum Mampu Dongrak Konsumsi Masyarakat

Inflasi Juni Diprediksi Stabil

Foto : ANTARA/SIGID KURNIAWAN
A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Inflasi bulan ini diperkirakan cenderung stabil dibandingkan bulan sebelumnya meskipun bertepatan dengan cuti panjang Lebaran 2018. Biasanya, peningkatan konsumsi selama Ramadan dan Lebaran sering kali menjadi pemacu inflasi tiap tahun.

Pemerintah memperkirakan inflasi pada Juni 2018 di rentang 0,2-0,25 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/ mtm), relatif sama dengan capaian bulan sebelumnya di level 0,21 persen. "Menurut saya, karena harga-harga oke, beras oke, daging oke," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, di Jakarta, Senin (11/6).

Darmin mengatakan komoditas yang sedikit berpengaruh kepada pergerakan laju inflasi pada Juni 2018 adalah telur ayam ras dan tarif angkutan udara karena tingginya permintaan. "Kalau tiket angkutan darat tidak mudah dimain-mainkan, tapi kalau tiket pesawat naiknya bisa bertambah," katanya. Meski demikian, dia mengharapkan harga-harga komoditas masih terkendali pada periode menjelang Hari Raya Idul Fitri agar tidak ada kenaikan inflasi yang terlampau tinggi.

Proyeksi pemerintah tersebut sejalan dengan perkiraan yang disampaikan Bank Indonesia (BI). Sebelumnya, dalam Survei Pemantauan Harga hingga pekan pertama Juni, BI memantau inflasi pada bulan keenam tahun ini akan menyentuh 0,22 persen secara mtm dan 2,75 persen dari tahun ke tahun (year on year/ yoy).

Gubernur BI, Perry Warjiyo, di Jakarta, Jumat pekan lalu, mengatakan inflasi yang tergolong rendah itu dipicu masih deflasinya beberapa komoditas bahan makanan, seperti minyak goreng, bawang, dan cabai merah dan cabai putih. "Kami melihat harga barang yang terus terkendali dan rendah," ujar dia.

Namun, dia memperkirakan tekanan inflasi pada Juni 2018 datang dari pergerakkan tarif transportasi, khususnya tarif angkutan antarkota dan angkutan udara. "Wajar karena banyak yang sudah memesan tiket dan juga sudah memulai perjalanan mudik. Itu memberikan sumbangan yang besar," ujar dia.

Lakukan Koordinasi

Perry mengklaim dirinya sudah berkoordinasi dengan pemerintah untuk mencegah kenaikan tarif transportasi yang berlebihan yang bisa memicu inflasi. Seperti diketahui, pengaturan batas bawah dan batas atas tarif transportasi kelas ekonomi masih diatur oleh Kementerian Perhubungan.

Namun, kata Perry, jika tekanan inflasi dari kelompok transportasi terus meningkat, Bank Sentral masih meyakini inflasi nasional masih terjaga. Pasalnya, kontribusi tarif transportasi ke inflasi masih relatif kecil, seperti transportasi udara yang hanya 0,08 persen. Bank Sentral ingin menjangkar inflasi tahunan di 2018 sebesar 2,5-4,5 persen (yoy).

Di akhir tahun, BI melihat inflasi akan jatuh di 3,6 persen (yoy). Sementara itu, Pengamat Ekonomi dari Universitas Riau, Prof HB Isyandi, berpendapat perolehan Tunjangan Hari Raya (THR) bagi aparat sipil negara (ASN) dan karyawan di Provinsi Riau belum mampu mendongrak pola konsumsi masyarakat yang bergerak pada tren peningkatan.

"Tahun 2018 sepertinya sama dengan tren pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017, di mana konsumsi nonpangan masyarakat sedikit menurun, seperti memenuhi kebutuhan sekunder, ganti HP baru, beli rumah, atau kendaraan dan lainnya," kata HB Isyandi, di Pekanbaru, Senin. Menurut dia, perolehan THR seharusnya mampu memberi peluang percepatan pertumbuhan ekonomi dan pola belanja yang bergeser maju di daerah.

mad/Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top