Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perkembangan Makroekonomi

Inflasi Bulan Ini Diperkirakan Rendah dan Terkendali

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Inflasi bulan ini diperkirakan cenderung tetap dibandingkan periode sebelumnya. Perkembangan indeks harga konsumen (IHK) bulan ini disumbangkan oleh bahan bakar rumah tangga dan sejumlah komoditas pangan.

Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi pada Januari 2022 akan mencapai 0,58 persen dibandingkan bulan sebelumnya atau month to month (mtm), yang berdasarkan perkembangan harga pada pekan ketiga. Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi pada Januari 2022 secara tahun kalender sebesar 0,58 persen atau year to date (ytd), dan secara tahunan sebesar 2,20 persen atau year on year (yoy).

Sebagai perbandingan, data Badan Pusat Statistis (BPS) menunjukkan inflasi pada Desember 2021 sebesar 0,57 persen. Dengan demikian, tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Desember) 2021 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Desember 2021 terhadap Desember 2020) sebesar 1,87 persen.

"Inflasi (Januari 2022) berada pada level yang rendah dan terkendali," ungkap Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat pekan lalu.

Penyumbang utama inflasi pada Januari 2022 sampai dengan pekan ketiga yaitu komoditas Bahan Bakar Rumah Tangga (BBRT) sebesar 0,12 persen (mtm), daging ayam ras sebesar 0,09 persen (mtm), telur ayam ras dan tomat masing-masing sebesar 0,05 persen (mtm), dan beras sebesar 0,04 persen (mtm).

Selanjutnya, ada minyak goreng, sabun detergen bubuk/ cair dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,03 persen (mtm), cabai rawit dan bawang merah masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm), serta jeruk, bawang putih, dan mie kering instan masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).

Sementara itu, ia menyebutkan komoditas yang mengalami deflasi yaitu cabai merah 0,05 persen (mtm) dan tarif angkutan udara sebesar 0,02 persen (mtm). Dia menambahkan BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.

Langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh juga akan dicermati untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.

Risiko Global

Sebelumnya, Head of Macro Strategy Asia Manulife Investment Management Sue Thrinh memperkirakan negara-negara di Asia kemungkinan besar lolos dari goncangan inflasi global bahkan yang terburuk, terutama dibandingkan dengan pasar negara berkembang lainnya.

Dia menjelaskan alasan negara-negara Asia kemungkinan besar tak mengalami lonjakan inflasi seperti kebanyakan negara lainnya, yaitu karena harga pangan yang jauh lebih rendah di kawasan. Selain itu, wilayah Asia juga mengalami gangguan pandemi yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan negara-negara emerging market lainnya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top