Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Komoditas Lokal

Industrialisasi Sorgum sebagai Alternatif Pengganti Gandum

Foto : ANTARA

Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Mencuatnya sejumlah komoditas lokal, seperti sagu, mocaf, jagung, dan sorgum karena ancaman krisis pangan global diharapkan betul-betul ditindaklanjuti pemerintah dengan industrialisasi tanaman tersebut. Dengan industrialisasi, petani akan bersemangat kembali membudidayakan komoditas lokal, sehingga bisa memperkuat cadangan pangan di masa mendatang.

Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, dalam dialog dengan stasiun RRI di Jakarta, Kamis (9/6), mengatakan sorgum dapat menjadi game changer atau pengubah keadaan tatkala Indonesia menghadapi tantangan ketahanan pangan karena perubahan iklim dan konflik militer Russia dan Ukraina.

Sorgum, kata Moeldoko, dapat menjadi pengganti gandum, penghasil gula, sumber energi biodisel, hingga sebagai pakan ternak. Karena itu, sorgum dapat menjadi bahan pangan potensial untuk diproses secara industri.

"Sorgum dapat menjadi solusi food security di tengah tantangan perubahan iklim dan game changer dari dampak perang Ukraina dan Russia. Sayangnya, selama ini sorgum masih dikelola secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan pangan rumahan saja," kata Moeldoko.

Dia yakin jika sorgum dikelola dengan baik maka akan menghasilkan nilai tambah yang besar bagi kehidupan masyarakat. "Sekarang waktunya kita mengubah mindset tradisional pengelolaan sorgum ke mindset daya saing," papar Moedoko.

Kehadiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada panen sorgum di Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, pekan lalu, menurut Moedoko, telah menggugah kesadaran semua pihak tentang pentingnya sorgum sebagai alternatif bahan pangan yang harus dikembangkan menjadi makanan dalam penerapan gaya hidup sehat.

"Presiden telah bangkitkan kembali budi daya sorgum, dan tentu ini membangun awareness semua pihak untuk sama-sama memikirkan bagaimana sorgum tidak hanya akan memperkuat cadangan pangan nasional, tapi juga menjadi komoditas layak jual di pasar global," kata Moeldoko.

Pemerintah saat ini harus merumuskan kebijakan untuk membangun industri sorgum agar petani semangat untuk menanam dan dapat menjadi penopang kehidupan petani.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mencanangkan sorgum sebagai alternatif pangan bagi masyarakat. Presiden menjelaskan bahwa ketersediaan sumber alternatif pasokan pangan diperlukan untuk menghadapi ancaman krisis pangan dunia saat ini dan di masa akan datang.

Mengubah "Mindset"

Dewan Penasihat Institut Agroekologi Indonesia (Inagri), Ahmad Yakub, yang diminta pendapatnya mengatakan bahwa pemimpin negara harus mengubah mindset dulu soal pangan lokal sebelum mengeluarkan aneka kebijakan terkait pangan.

"Ini penting sekali, pangan lokal itu bukan pangan alternatif. Itu pangan utama di daerah setempat. Sorgum itu bukan alternatif, itu pangan yang setara dengan beras, sagu, dan singkong di daerah-daerah lain," kata Yakub.

Dengan mengubah mindset dan menjadikan komoditas lokal sebagai pangan utama, maka produksinya pasti lebih masif dan konsumsinya pun meluas.

"Pak Moeldoko sudah betul bilang ada ancaman krisis pangan. Kalau sudah tahu mau ada krisis maka mindset-nya diubah dulu, ini pangan lokal adalah pangan utama dan setara dengan pangan yang sudah populer seperti beras. Dampaknya akan panjang pada strategi diversifikasi pangan dalam hal ini karbohidrat di Indonesia," papar Yakub.

Sorgum sebelum era beras adalah pangan utama di Banten, Aceh, dan NTT. Begitu juga sagu di Papua, Babel, dan Riau, sedangkan jagung di pegunungan Wonosobo. Begitu pula umbi-umbian di Gunungkidul serta beras di sebagian Jawa dan Sumatera.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top