Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pasar TKDN

Industri Komponen Lokal Belum Serius Digarap

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Peluang pasar Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sektor energi sangat besar. Namun, industrialisasi sektor hulu kandungan lokal belum serius digarap. Padahal, bila dioptimalkan, hulu TKDN ini akan mampu menahan laju deindustrilisasi.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI), Priamanaya Djan menyebutkan peluang pasar TKDN sangat terbuka. Pemerintah terus menggenjot dan mengingatkan TKDN di sektor energi dan industri lainnya. Artinya, di sisi hilir ada permintaan atau demand yang akan tercipta, tinggal di sektor hulunya.

Di sisi hulu, industrilisasi TKDN energi belum tergarap optimal. Padahal, pemerintah selalu membuat kebijakan, persyaratan di setiap proyek, dipantau implementasinya.

"Tetapi di hulunya suplainya belum digarap optimal kebijakannya. Tingginya permintaan di sisi hilir TKDN belum diimbangi dengan suplai dari industri," ungkap Priamanaya.

Pria mencontohkan, dalam proyek 35 ribu mega watt (MW) dibutuhkan transmisi sepanjang 46 ribu kilometer (km). Sejak diluncurkan 2015, pembangunan transmisi menyerap anggaran sebesar 200 triliun rupiah untuk lima tahun. Itu termasuk gardu induk, tower, dan konstruksinya. Selain itu, program 35 ribu MW menyerap investasi sebesar lebih dari 1.100 triliun rupiah.

Peluang itu belum termasuk TKDN hulu minyak dan gas (Migas). Sampai Juni tahun ini mencapai 59 persen, dan trennya naik terus. Pria mengatakan, besaran pengandaan barang dan jasa hulu Migas hingga Juni 2017 saja telah mencapai 3,278 juta dollar AS.

Terkait itu, APLSI meminta tahun depan pemerintah menggenjot tingkat kandungan dalam negeri di transmisi proyek 35 ribu MW. Cara ini dianggap ampuh untuk mendorong gairah industri peralatan listrik nasional yang sedang lesu.

Mayoritas Impor

Menurut APLSI, upaya mendorong TKDN di transmisi saat ini cukup realistis sebab teknologi konstruksi baja dikuasai di dalam negeri.

Pria mengatakan, tahun depan pemerintah perlu mengoptimalkan captive market peralatan listrik yang sudah tersedia di 35 ribu MW. Dengan investasi pembangunan pembangkit yang mencapai ribuan trilliun tersebut berarti tersedia pasar yang sangat besar.

APLSI khawatir pasar nasional yang besar ini hanya diisi dan dimanfaatkan produsen peralatan listrik dari luar negeri. Apalagi, impor pelatan listrik terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, dibandingkan impor non migas lainnya impor peralatan listrik salah satu yang tertinggi pada tahun lalu. ers/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top