Industri Hijau Harus Disokong Pembiayaan Jangka Panjang
Sejak groundbreaking pada 21 Desember 2021 lalu, kawasan yang ditargetkan bisa mencapai 30 ribu hektare itu telah menelan investasi sebesar 132 miliar dollar AS, melalui kerja sama antara Indonesia, Tiongkok, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Pada tahap konstruksi proyek tersebut ditargetkan selesai pada 2024 dan diharapkan mulai beroperasi secara bertahap mulai 2023, 2024, hingga 2029.
Sebelumnya, Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Amalia Adininggar, menyebutkan kemajuan dalam memperluas industri hijau di RI masih terkendala pada kurangnya investasi dalam teknologi hijau dan kurangnya konsep keuangan hijau di Indonesia.
Untuk mengatasi kendala tersebut harus dilakukan penurunan biaya untuk memperoleh teknologi hijau serta melakukan mobilisasi pembiayaan jangka panjang, pembiayaan hijau swasta, dan membuka pasar hijau.
Kurangnya investasi dalam teknologi hijau, jelasnya, disebabkan perusahaan yang masih memandang manfaat marjinal dari mengadopsi teknologi hijau terlalu kecil. Begitu juga konsep keuangan di RI terlalu dangkal yang membuat pembiayaan yang ada relatif bersifat jangka pendek untuk melayani sektor hijau.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya