Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Inklusi Keuangan l Meski Ekonomi Tumbuh Tinggi, Sektor Keuangan Asia Masih Tertinggal

Industri Fintech Bakal "Booming"

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

BADUNG - Layanan keuangan Perbankan berbasis teknologi atau financial technology (fintech) diperkirakan meningkat pesat di kawasan Asia, termasuk Indonesia.

Selain geografis, faktor demografi juga berperan penting memacu perkembangan fintech di Tanah Air.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, dalam pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Nusa Dua, Bali mengatakan fintech bakal menjamur di Indonesia. Hal itu karena kondisi geografis sebagai negara kepulauan sehingga masyarakat yang bermukim menyebar.

Selain itu, Indonesia juga memiliki struktur demografi muda sehingga masyarakat semangat untuk memasuki dunia digital dan menunggu untuk terintegrasi dengan teknologi baru. "Ada masyarakat baru yang didorong oleh kelompok kelas menengah yang dinamis dan demokratis.

Mereka memandang ekonomi digital sebagai sesuatu yang tak terhindarkan layaknya evolusi," kata Mirza.

Dalam forum itu, dia memaparkan kondisi Asia yang ekonominya tumbuh tinggi dalam beberapa tahun terakhir, tetapi sektor keuangan masih tertinggal. Kurang dari 27 persen orang dewasa di kawasan Asia yang sedang berkembang sudah memiliki rekening bank, jauh di bawah median global sebesar 38 persen.

Sementara itu, hanya 84 persen dari perusahaan di kawasan ini sudah memiliki rekening giro atau tabungan, setara dengan Afrika, tetapi ketinggalan dari Amerika Latin yang mencapai 89 persen dan 92 persen di kawasan Eropa Tengah dan Timur.

Bank sentral memandang inklusi keuangan dapat ditingkatkan melalui kebijakan yang mendorong inovasi keuangan, dengan meningkatkan literasi keuangan melalui perluasan infrastruktur dan jaringan.

Dalam diskusi tersebut dihadiri Deputi Gubernur National Bank of Cambodia, Neav Chanthana, Deputi Gubernur Bangko Sentral ng Pilipinas, Diwa Guinigundo, Presiden dan CEO Women's World Banking,

Mary Ellen Iskenderian, Direktur Pengelola Monetary Authority of Singapore, Ravi Menon, Presiden ADB, Takehiko Nakao, Deputi Gubernur Bank Negara Malaysia, Abdul Rasheed, dan Gubernur Bank of Thailand, Veerathai Santiprabhob.

Tingkatkan Inklusi

Presiden ADB, Takehiko Nakao mengatakan teknologi keuangan baru yang menyebar begitu cepat sangat menjanjikan untuk inklusi keuangan.

"Kita harus mendorong lingkungan yang memungkinkan teknologinya berkembang serta memperkuat kerja sama kawasan guna membangun standar peraturan dan sistem pengawasan yang harmonis demi mencegah pencucian uang internasional, pendanaan teroris, dan kejahatan siber," kata Nakao.

Direktur Kantor Riset Makroekonomi ASEAN+3 (ASEAN+3 Macroeconomic Research Office - AMRO), Junhong Chang, mengatakan teknologi memang menjadi amunisi bagi pemangku kepentingan untuk menyebarkan manfaat perekonomian, tetapi juga teknologi bisa menimbulkan risiko yang bahkan melintasi batas negara.

"Para pembuat kebijakan perlu memahami dan mengelola dampak teknologi di dalam sistem keuangan kita demi mempertahankan stabilitas keuangan," kata Chang. bud/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Vitto Budi

Komentar

Komentar
()

Top