Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Prospek 2019 I Pertumbuhan Industri Tahun Depan Diproyeksikan sebesar 5,4 Persen

Industri Diproyeksikan Melambat

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Proteksi pasar oleh semua negara saat ini akan mempersulit ruang gerak industri nasional, terutama di kancah internasional.

Jakarta - Kinerja perindustrian diproyeksikan melambat tahun depan dibandingkan periode saat ini. Padahal, sektor perindustrian dinilai berperan penting untuk memperbaiki neraca perdagangan ke depan.

Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri pada 2019 sebesar 5,4 persen. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan target pertumbuhan industri pada 2018 yang diperkirakan sebesar 5,6 persen.

"Kita melihat outlook ke depan itu sinkronisasi dan harmonisasi dibutuhkan," kata Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, saat menggelar konferensi pers di Jakarta, Rabu (19/12).

Adapun lima sektor industri yang diproyeksi menjadi pendorong pertumbuhan industri pada 2019, menurut Menperin, yakni industri makanan dan minuman yang diproyeksi tumbuh 9,86 persen dan industri mesin 7 persen.

Selain itu, industri tekstil dan pakaian jadi diprediksi tumbuh 5,61 persen, industri kulit barang dari kulit dan alas kaki sebesar 5,40 persen dan industri barang logam, komputer dan barang elektronik sebesar 3,81 persen.

Untuk mendukung perbaikan neraca perdagangan, menurut Menperin, pihaknya menilai tiga sektor, yakni otomotif, tekstil, dan baja berpotensi mendongkrak ekspor nonmigas. Sebab, ketiganya saat ini dipandang mengalami kelebihan produksi atau over capacity.

Menperin melihat pasar otomotif di Australia masih terbuka lebar. Sayangnya, produk otomotif yang laku di pasar Australia adalah sedan, sedangkan produksi di Indonesia saat ini kebanyakan kendaraan MPV dan SUV.

Menurutnya, minimnya produksi sedan di Indonesia saat ini disebabkan terkendala kebijakan pajak barang mewah atau PPnBM sebesar 30 persen. "Karenanya, kami telah membicarakan dengan Kementerian Keuangan mengenai hal itu," ujarnya.

Proteksi Pasar

Pada kesempatan sama, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Haris Munandar, menyampaikan target pertumbuhan industri 2019 menyesuaikan dengan kondisi perekonomian global, di mana berbagai negara tengah berupaya memproteksi pasarnya.

"Semua negara sekarang melakukan proteksi, hampir semua negara. Amerika Serikat (AS) yang memulainya dengan Trump policy-nya. Akhirnya semua negara melakukan proteksi. Ini kan mempersulit ruang gerak," ujar Haris.

Karena itu, lanjut Haris, Indonesia dalam hal ini menggenjot kemitraan ekonomi secara bilateral atau dengan sekelompok negara saja.

Baca Juga :
Peluncuran Produk

Pelambatan kinerja perindustrian tersebut menjadi sinyalemen buruk bagi perekonomian nasional. Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, menilai sektor manufaktur Indonesia terus-menerus mengalami pelemahan. Padahal, penguatan sektor manufaktur berperan penting pada pembenahan defisit perdagangan.

"Kalau sektoral manufakfur melemah terus-menerus, share-nya turun terus-menerus dan tahun ini di bawah 20 persen. Industri manufaktur ujung tombak meningkatkan daya saing," ujarnya. mad/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail

Komentar

Komentar
()

Top