Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Indonesia Jajaki untuk Menjadi Pusat Vaksin Global

Foto : ANTARA/HO

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menunjukkan vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca pada program vaksinasi massal di Surabaya, beberapa waktu yang lalu

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah sedang dalam pembicaraan dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta enam perusahaan obat untuk menjadi pusat pembuatan vaksinglobal.Indonesia akan memulai inisiatif dengan memprioritaskan pembelian vaksin Covid-19 dari perusahaan yang berbagi teknologi dan mendirikan fasilitas di Indonesia.

"Kami bekerja sama dengan WHO untuk menjadi salah satu pusat manufaktur global untuk mRNA," kata Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin padaKamis (16/9) seraya menambahkan bahwa dia telah melobi langsung Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam perjalanan awal bulan ini ke Eropa.

WHO telah menunjuk Afrika Selatan sebagai lokasi pertama dan Menkes mengatakan bahwa secara logis Indonesia harus menjadi yang kedua.

"Pusat transfer teknologi" baru adalah bagian dari strategi WHO untuk mendistribusikan produksi vaksin secara lebih luas secara global dan membangun kapasitas di negara-negara berkembang untuk membuat vaksin generasi baru seperti Moderna (MRNA.O) dan mRNA berbasis asam nukleat Pfizer (PFE.N), vaksin yang dapat dengan cepat diadaptasi untuk menangani varian virus baru.

Pejabat senior WHO mengatakan kepada Reuters. upaya untuk mengembangkan basis produksi vaksinCovid-19di Afrika Selatan akan fokus pada upaya untuk meniru upaya Moderna, tetapi kurangnya kemajuan dalam pembicaraan dengan perusahaan AS berarti proyek tersebut akan memakan waktu. Budi mengatakan, Indonesia tertarik untuk membangun keahlian dalam vaksin mRNA, serta suntikan vektor virus seperti yang diproduksi oleh AstraZeneca (AZN.L).

Seorang juru bicara WHO mengatakan, Indonesia adalah salah satu dari 25 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang menyatakan minatnya untuk menjadi tuan rumah pusat vaksin, tetapi menolak untuk mengatakan apakah itu adalah kandidat utama.

Budi mengatakan, Indonesia berada di posisi yang tepat untuk mengekspor vaksin ke seluruh dunia, terutama karena negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia dan dapat menjamin bahwa vaksinnya halal, atau diperbolehkan menurut Islam.

Indonesia telah menjadisalah satunegara yangbergulatpaling parahdenganCovid-19di Asia, dan telah mencatat lebih dari 4,1 juta infeksi dan 139.000 kematian, meskipun para ahli kesehatan masyarakat mengatakan angka sebenarnya kemungkinan beberapa kali lebih tinggi.

Tingkat infeksi dan kematian di Indonesia telah menurun tajam dalam beberapa minggu terakhir tetapi, dengan hanya 25 persen dari populasi targetnya yaitu 208 juta orang yang diinokulasi penuh terhadapCovid-19, Indonesia masih memiliki upaya vaksinasi besar-besaran di masa depan, terutama karena kemungkinan harus memberikan dosis penguat ketiga(booster).

Budi mengatakan, perusahaan farmasi Indonesia sedang berdiskusi dengan produsen dan pengembang vaksin Anhui, Walvax (300142.SZ), Sinovac (SVA.O), Genexine (095700.KQ), Arcturus Therapeutics dan Novavax (NVAX.O).Pembicaraan berkisar dari "isi dan selesaikan" dasar hingga produksi hulu dan penelitian dan pengembangan.

"Kami membuka peluang yang sama juga kepada AstraZeneca. Kami juga terbuka untuk rekanan yang sudah ada Pfizer. Kami terbuka untuk siapa saja,"ujarnya.

Sekretaris Perusahaan Bio Farma,perusahaan obat milik negara terbesar di Indonesia,Bambang Heriyanto,membenarkan pembicaraan yang sedang berlangsung, dan langkah pertama adalah berkolaborasi dalam transfer teknologi."Dibutuhkan dua atau tiga tahun untuk membangun fasilitas produksi yang beroperasi penuh," katanya.

Budi mengatakan, Indonesia akan menggunakan kepemimpinan negara-negara kelompok G-20 mulai Desember untuk mempromosikan keamanan kesehatan global dan mempersiapkan pandemi berikutnya setelah virus Korona, juga dikenal sebagai SARS-CoV-2.

"Tidak ada yang bisa menjamin bahwa SARS-CoV-3 dan 4 tidak akan datang," tambahnya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top