Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Solusi Krisis Ekonomi

Indonesia Akan Genjot Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru

Foto : Sumber: Kementerian Keuangan – Litbang KJ/and - KO
A   A   A   Pengaturan Font

BANGKOK - Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara, menyebut Indonesia akan menemukan sumber pertumbuhan ekonomi baru dan melanjutkan reformasi struktural setelah Covid-19, termasuk pembangunan infrastruktur yang masif.

"Bagi Indonesia, ketiga hal tersebut sangat penting," kata Suahasil Nazara dalam Pertemuan Para Menteri Keuangan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) ke-29, di Bangkok, Thailand, Minggu (23/10).

Indonesia pun menerapkan tiga exit strategy, yaitu mengembalikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ke level sebelum pandemi, mendapatkan likuiditas untuk bank sentral, dan mengembalikan kebijakan prudential supervisory setelah pengetatan karena Covid-19

"Ketiga exit strategy tersebut perlu dikoordinasikan, termasuk dukungan dari mitra pembangunan, dan dikomunikasikan dengan baik, serta perlu untuk menjaga diskusi dengan negara lain mengenai exit strategy yang memadai," katanya.

Pertemuan Para Menteri Keuangan ke-29 APEC (The 29th APEC FMM) dipimpin oleh Menteri Keuangan Thailand, H.E. Arkhom Termpittayapaisith, di tengah peningkatan risiko ekonomi seperti fragmentasi geopolitik, volatilitas harga energi dan pangan, gangguan rantai pasokan, pelemahan pertumbuhan ekonomi, pengetatan kondisi keuangan, dan perubahan iklim.

Pada Keketuaan APEC 2022, Thailand mengusung dua agenda prioritas untuk jalur keuangan, yaitu pembiayaan berkelanjutan dan ekonomi digital.

Indonesia juga menyampaikan dukungannya terhadap agenda prioritas Thailand untuk pembiayaan berkelanjutan. "Indonesia baru saja memperbarui National Determined Contribution (NDC) menjadi 31,89 persen dengan sumber daya domestik dan 43,2 persen dengan dukungan internasional," ujar Suahasil.

Indonesia akan terus melanjutkan komitmen untuk menurunkan net zero emission pada tahun 2060 atau lebih awal, bekerja sama dengan ADB melalui pembentukan Energy Transition Mechanism (ETM) country platform dan rencana penerapan peraturan perpajakan baru yang mencakup pajak karbon.

Di sela-sela kunjungan kerjanya di Bangkok, Suahasil juga melakukan beberapa pertemuan dengan mitra bilateral, seperti US Deputy Secretary of Treasury, Menteri Keuangan Hong Kong, State Minister of Finance Jepang, dan Menteri Keuangan Thailand, untuk membahas perkembangan perekonomian terkini dan dukungan terhadap agenda keketuaan Asean Indonesia 2023.

Pariwisata

Di bagian lain, Pakar Ekonomi dari Universitas Surabaya, Wibisono Hardjopranoto, mengatakan dengan persoalan daya saing, Indonesia perlu mencari celah dengan mengembangkan pariwisata untuk meningkatkan dan menjadi sumber pendapatan baru di luar ekspor.

"Akan sulit untuk mengejar, karena negara kita masih consumtion driven bukan export lead. Jangankan dengan raksasa seperti India dan Tiongkok, dengan Vietnam kita sudah ketinggalan karena persoalan hilirisasi kita," katanya.

Karena itu, kita perlu mengambil celah yang lebih reasonable, dengan menggenjot pariwisata. Jika potensi pariwisata dikerjakan secara profesional, justru hasilnya lebih besar karena bisa mendatangkan devisa cukup besar.

"Pariwisata yang berkembang dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan pajak dan side effect pada sektor lain secara ekonomi. Misalnya UMKM, bahan pangan pertanian, transportasi, dan sektor lainnya," kata Wibisono.


Redaktur : Redaktur Pelaksana
Penulis : Antara, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top