Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kesehatan Anak I Demam Pascasuntik Cukup Dikompres

Imunisasi Kurangi Sakit Lebih Berat

Foto : ANTARA FOTO/Ampelsa/foc/aa
A   A   A   Pengaturan Font

Anak harus mendapat imunisasi lengkap. Jika belum komplet, orang tua perlu diskusi lebih dulu dengan dokter di fasilitas kesehatan terdekat.

TANGERANG - Dokter spesialis anak RS Sari Asih Ciledug, Kota Tangerang, dr Arifin kurniawan, mengatakan imunisasi bukan memberikan kekebalan total terhadap seseorang, tetapi dapat mengurangi peluang sakit. Selain itu, bila terpapar penyakit, akan lebih ringan.
"Imunisasi memberikan dua kemungkinan. Pertama, bisa tidak terpapar penyakit. Kedua, jika terpapar penyakit, akan lebih ringan," kata dr Arifin Kurniawan di Tangerang, Kamis (4/8). Imunisasi berfungsi memberikan kekebalan tubuh secara buatan agar anak terhindar dari penyakit di kemudian hari. Selain itu, juga meningkatkan atau menimbulkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit yang spesifik.
Vaksin imunisasi terdiri dari program yang diinisiasi pemerintah dan mandiri. Namun, banyak masyarakat mengira bahwa imunisasi oleh pemerintah adalah program wajib sehingga imunisasi lanjutan tidaklah wajib. Dijelaskannya, perjalanan imunisasi terhadap seseorang cukup panjang. Meskipun terlambat, imunisasi masih bisa dilakukan di mana batas usia imunisasi lengkap hingga usia 18 tahun.
"Ini menjadi sebuah batasan yang dapat dikejar jika orang tua lupa memberikan imunisasi lengkap kepada anaknya. Namun, ada satu vaksin yang tidak bisa diberikan jika usianya sudah terlambat, yaitu vaksin rotavirus untuk mencegah muntaber. Vaksin ini diberikan tidak boleh lewat dari usia enam bulan," ujar Arifin.
Beberapa penyakit yang dapat dicegah atau diminimalkan dampaknya melalui imunisasi adalah hepatitis b, TBC (tuberkulosis), polio, difteri/tetanus/batuk rejan, campak, dan rubella. Sedangkan untuk imunisasi lanjutan atau tambahan bisa mencegah beberapa penyakit berbahaya, seperti pneumonia dan meningitis. Kemudian, diare karena rotavirus, influenza, gondongan (mumps), hepatitis A, kanker serviks, cacar air, ensefalitis, dan demam berdarah.
"Jika orang tua merasa terlambat melakukan imunisasi terhadap anak, perlu didiskusikan terlebih dulu dengan dokter di fasilitas kesehatan terdekat," tambah dr Arifin.

Pascaimunisasi
Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang mengimbau kepada orang tua yang anaknya mengalami gejala usai imunisasi seperti demam atau bengkak di tempat suntikan, cukup diberikan obat penurun panas atau kompres memakai air biasa. "Bila anak mengalami hal tersebut, baiknya diberikan waktu untuk beristirahat, sambil dipantau kondisinya secara berkala," kata Kepala Dinkes Kota Tangerang, dr Dini Anggraeni.
Bila demam, lanjut Dini, ibu dapat memberikan obat penurun panas atau kompres dengan air biasa. Dia menuturkan kemungkinan terjadi Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) jarang terjadi bagi anak. Namun, petugas akan melakukan wawancara terlebih dulu sebelum penyuntikan.
"Di situlah peran penting tenaga medis saat imunisasi. Mereka mewawancara orang tua mengenai kondisi si anak, apakah sedang sakit atau tidak," ujarnya. Dini mengimbau seluruh orang tua yang masih memiliki balita dan belum mendapat imunisasi dasar lengkap untuk segera datang ke posyandu atau puskesmas. Mereka dapat imunisasi agar anak terhindari dari penyakit, seperti campak, rubella, difteri, polio, tetanus, dan hepatitis B.
"Dengan pemberian vaksin, anak menjadi lebih terlindungi. Jangan lupa untuk mengoptimalkan imunitas balita dengan memberinya asupan nutrisi terbaik masa pertumbuhannya," katanya. Dr Dini menambahkan, pada keadaan anak sakit ringan, imunisasi tetap dapat dilakukan dan penyakitnya diobati. Pemberian imunisasi dalam keadaan sakit ringan tidak akan mempengaruhi pembentukan kekebalan tubuh atau antibodi. Ant/wid/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top