Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Evolusi manusia selama zaman Pleistosen Tengah cukup membingungkan peneliti. Dengan pengumuman Homo bodoensis sebagai spesies baru diharapkan dapat sedikit mengurai benang kusut yang terjadi.

Ilmuwan Umumkan Spesies Baru Manusia Purba

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Evolusi manusia saat ini terus dipelajari para ilmuwan untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam. Namun mengungkapkan evolusi manusia masih menghadapi masalah yang disebut para ahli paleoantropologi sebagai kekacauan terutama saat berupaya mengungkap evolusi manusia pada era Pleistosen Tengah.
Dengan mengumumkan spesies baru yang disebut dengan Homo bodoensis (H bodoensis) yang berasal dari Ethiopia, para ahli paleoantropologi berharap mereka dapat menjawab kekacauan itu. Spesies Homo bodoensis ini diperkirakan hidup di Afrika pada periode Pleistosen Tengah.
Hasil penemuan tim peneliti internasional, yang dipimpin oleh paleoantropolog Universitas Winnipeg, Dr Mirjana Roksandic, menyebutkan bahwa H bodoensis adalah spesies yang hidup di Afrika dan merupakan nenek moyang langsung dari manusia modern.
Periode Pleistosen Tengah sendiri kini telah berganti nama menjadi Chibanian, memiliki rentang waktu 774.000-129.000 tahun yang lalu. Periode menjadi periode penting bagi kebangkitan spesies Homo sapiens yang menjadi nenek moyang manusia modern saat ini yang berasal dari Afrika. Spesies ini berkerabat dekat dengan Homo neanderthalensis yang hidup di Eropa.
Nama baru tersebut didasarkan pada penilaian ulang fosil yang ada dari Afrika dan Eurasia dari periode waktu ini. Secara tradisional, fosil-fosil ini telah ditetapkan secara bervariasi dengan nama H heidelbergensis atau Homo rhodesiensis yang memiliki banyak definisi yang seringkali bertentangan.
"Berbicara tentang evolusi manusia selama periode ini menjadi tidak mungkin karena kurangnya terminologi yang tepat untuk mengakui variasi geografis manusia," kata Roksandic, penulis utama studi tersebut, seperti dikutip Science Daily edisi 28 Oktober lalu.
Dari beberapa bukti DNA fosil di Eropa yang disebut H heidelbergensis sebenarnya adalah Neanderthal awal sehingga penamaannya dinilai berlebihan. "Untuk alasan yang sama, nama tersebut perlu ditinggalkan ketika menggambarkan fosil manusia dari Asia timur," kata rekan penulis, Xiu-Jie Wu dari Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology, Beijing, Tiongkok.
Selama ini fosil-fosil Afrika yang berasal dari periode ini kadang-kadang disebut sebagai H heidelbergensis dan H rhodesiensis. Namun H rhodesiensis didefinisikan dengan buruk dan namanya tidak pernah diterima secara luas.
Penamaan ini karena ada hubungannya dengan pengusaha tambang dan politisi asal Inggris Cecil Rhodes. Ia hidup pada masa kekejaman mengerikan yang dilakukan selama pemerintahan kolonial Inggris di Afrika, membuat penggunaan namanya pada spesies itu tidak dapat diterima dan jarang digunakan.

Klasifikasi Baru
Spesies H bodoensis sendiri berasal dari tengkorak yang ditemukan di Bodo D'ar, Ethiopia. Spesies baru ini dianggap sebagai nenek moyang langsung manusia di bawah klasifikasi baru kehidupan manusia di Pleistosen Tengah dari Afrika dan beberapa dari Eropa Tenggara.
Rekan penulis pertama Predrag Radovic yang berasal dari Fakultas Filsafat, Universitas Belgrade, Serbia, mengatakan istilah-istilah harus jelas dalam sains untuk memfasilitasi komunikasi.
"Mereka tidak boleh diperlakukan sebagai mutlak ketika mereka bertentangan dengan catatan fosil," tegas Radovic. "Pengenalan H bodoensis ditujukan untuk memotong simpul Gordian dan memungkinkan para ilmuwan berkomunikasi dengan jelas tentang periode penting dalam evolusi manusia ini," kata rekan penulis dari Departemen Antropologi, Universitas Hawai'i di Manoa, Christopher Bae, seperti dikutip laman New Scientist.
Sementara Roksandic mengatakan, menamai spesies baru adalah masalah besar, karena Komisi Internasional untuk Nomenklatur Zoologi hanya mengizinkan perubahan nama di bawah aturan yang sangat ketat.
"Kami yakin ini akan bertahan lama, nama takson baru akan hidup hanya jika peneliti lain menggunakannya," ujar dia.
Sementara seorang antropolog fisik Natural History Museum di London, Chris Stringer mengatakan ia mengakui bahwa Homo heidelbergensis telah digunakan terlalu longgar. "Saya harus disalahkan atas penggunaan nama heidelbergensis yang luas ini," kata dia dengan nada meminta maaf. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top